Assalamu'alaikum.

Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog ini. Terimaksih atas kunjungannya sahabat

Semoga dapat bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, amin....
(bagi yang ingin copy and share artikel yang ada dblog ini, silahkan saja, asal cantumkan sumbernya... :)

Thursday, 22 July 2010

Ummu Fadhl – Ibunda Para Ksatria Muslim

Oleh Ustadzah Gustini Ramadhani – Majalah al-Mawaddah


Sebuah pepatah Arab yang masyhur mengatakan:

وَرَاءَكُلِّ رَجُلٍ عَظِيْمٍ امْرَأَةٌ عَظِيْمَةُ

“Di belakang setiap pemuda ksatria ada sang Ibunda bijaksana.”

Wanita Qudwah (teladan) kali ini adalah seorang ibunda dari ksatria-ksatria muslim yang menjadi tonggak-tonggak kebenaran, pahlawan-pahlawan yang menegakkan Islam dengan perjuangan mereka. Dia adalah Lubabah binti al-Harits bin Hazn al-Hilaliyyah radhiyallahu’anha, istri paman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, Abbas bin Abdil Muththolib, yang lebih dikenal dengan Ummul Fadhl karena anak tertuanya bernama al-Fadhl.

Kesuburan Menjadikannya Mulia

Ummul Fadhl ialah seorang wanita yang subur. Kesuburannya itu menjadikan kedudukannya dalan sejarah Islam menjadi tinggi dan mulia. Bayangkan, anak-anaknya yang kebanyakan laki-laki itu semua memiliki kelebihan dan peran penting dalam kemajuan dan perkembangan Islam. Siapakah mereka? Mereka adalah: al-Fadhl, putra tertua, lalu adiknya Abdullah, lalu Ubaidullah, Mu’id, Qots’am, Abdurrohman, dan yang ketujuh seorang putri bernama Ummu Habibah. Mereka semua adalah anak-anaknya dari Abbas radhiyallahu’anhum. Mereka adalah perawi-perawi hadits dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam terutama al-Fadhl, Abdullah, dan Ubaidullah. Mereka tidak hanya meriwayatkan (mendengar hadits dari sahabat lain) saja, tetapi juga sima’i (mendengar hadits langsung dari Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam). Yang paling terkenal memiliki ilmu yang luas dan banyak di antara mereka adalah Abdullah, sehingga ia digelari Habrul Ummah.

Saudara-saudara seibu Ummul Fadhl juga dikenal sebagai orang-orang yang mulia sehingga mereka dikatakan ‘empat bersaudari yang mukminah’. Mereka adalah: Ummul Mukminin Maimunah, Ummul Fadhl, Asma’, dan Salma. Ibu mereka adalah Hindun binti ‘Auf al-Humairiyyah yang dikatakan sebagai wanita yang paling beruntung mendapatkan menantu; Maimunah adalah istri Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam, Ummul Fadhl istri dari Abbas bin Abdil Muththolib, Salma adalah istri Hamzah bin Abdil Muththolib, dan Asma’ adalah istri Ja’far bin Abi Tholib yang setelah ia meninggal dinikahi oleh Abu Bakar, lalu setelah Abu Bakat meninggal ia dinikahi oleh Ali bin Abi Tholib. Bukankah itu sebuah kemuliaan yang tak terhingga?
Ingin Hijrah Namun Belum Sanggup

Ummul Fadhl adalah wanita kedua yang masuk Islam setelah Khodijah radhiyallahu’anha. Putranya menceritakan: “Aku dan ibuku termasuk mustadh’afiin (orang-orang yang lemah dari golongan wanita dan anak-anak yang tidak mampu hijrah)”. Ya, mereka lemah. Sebab, Ummul Fadhl masuk Islam tidak bersama suaminya sehingga ia tidak sanggup hijrah ke Madinah bersama kamu muslimin yang lain. Sementara Abbas bin Abdil Muththolib sekalipun mendampingi Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam pada Bai’ah Aqobah, namun ia belum muslim pada saat itu. Pada Perang Badar ia ikut berperang di barisan kaum musyrikin karena terpaksa lalu menjadi tawanan kaum muslimin. Setelah itu, ia masuk Islam dan menyembunyikan keislamannya. Ia kembali k Makkah dan menjadi mata-mata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam terhadap kaum musyrikin di Makkah. Abbas dan keluarganya hijrah ke Madinah sebelum penaklukan Kota Makkah. Abbas adalah orang yang sangat dimuliakan Rasulullah shalallahu ‘aoahi wassalam begitu juga para sahabat sangat menghormati dan mengakui keutamaannya. Mereka selalu mengikutsertakannya dalam setiap musyawarah dan mendengar pendapat dan masukan-masukan darinya.
Sang Wanita Pemberani

Ummul Fadhl adalah seorang wanita yang berani dalam kebenaran. Abu Rofi’, maula Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bercerita tentang keberanian Ummul Fadhl:
“Suatu waktu, ketika saya masih menjadi budak Abbas bin Abdil Muththolib, dan Abbas telah masuk Islam secara diam-diam. Ummul Fadhl juga telah masuk Islam, dan aku pun juga ikut mereka.

Abu Lahab yang tidak bisa ikut berperang pada Perang Badar mengutus al-Ash bin Hisyam sebagai wakilnya. Begitulah tradisi dan peraturan orang Quraisy, bila seseorang berhalangan untuk ikut berperang maka mereka harus mengutus seorang wakil untuk menggantikannya.”

Abu Rofi’ melanjutkan ceritanya, “Aku adalah laki-laki yang lemah, bekerja sebagai pembuat cawan di semua kamar dekat sumur Zamzam. Ketika mendengar berita banyak orang Quraisy yang terbunuh dan terluka di Badar, makin tertanam dalam jiwa kami kekuatan dan kemuliaan. Dan ketika aku sedang duduk di tempatku bekerja, sementara di dekatku ada Ummul Fadhl, datanglah Abu Lahab ke arah kami dan duduk dekat dengan kami. Lalu terdengar seseorang berkata, ‘Lihatlah itu! Abu Sufyan telah datang.’ Abu Lahab kemudian memanggilnya sambil berkata, ‘Kemarilah, duduk di sini! Aku ingin mendengar berita darimu.’ Maka Abu Sufyan duduk di dekatnya, sementara orang-orang berdiri mengelilinginya.

Maka, mulailah Abu Sufyan bercerita tentang kejadian yang ia hadapi di Badar: ‘Demi Allah, ketika kami menyerang mereka (kaum muslimin), seolah-olah kami hanya menyerahkan diri kami kepada mereka untuk dibunuh semau mereka, dan menawan kami sesuka mereka. Aku tidak percaya mereka yang melakukan itu. Sebab, saat itu kami menghadapi sosok laki-laki putih menunggangi kuda yang menyerang di antara manusia, siapa saja berani mendekatinya pasti akan roboh ke tanah’.”

Abu Rofi’ berkata, “Mendengar itu, maka aku berkata, ‘Demi Allah, itu pasti malaikat!’ Dengan berang Abu Lahab mengangkat tangannya dan menampar wajahku dengan tamparan yang keras, lalu aku menyerangnya. Namun apa daya, aku hanya seorang lelaki yang lemah. Dengan mudah ia dapat menahanku dan membantingku ke tanah, kemudian menduduki dan memukuliku.

Melihat itu, Ummul Fadhl mengambil salah satu tiang kamar lalu memukulkannya ke kepala Abu Lahab yang menyebabkan bengkak dan berdarah, kemudian ia berkata, ‘Engkau berani menyakitinya ketika tuannya tidak ada!’ Dengan perasaan terhina dan malu akhirnya Abu Lahab berpaling dan pergi. Demi Allah, tujuh malam setelah itu, Abu Lahab mati karena penyakit lepra yang ditimpakan Allah kepadanya.”

Itulah sikap seorang mukminah dalam menghadapi musuh Allah yang menyombongkan diri dan berani mengganggu dan menginjak-injak harga diri seorang muslim.

Sosok Wanita yang Cerdas

Selain pemberani, Ummul Fadhl juga seorang wanita yang cantik dan cerdas. Pada Hari Arofah, para sahabat berselisih paham tentang apakah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam saat itu berpuasa ataukah tidak. Mendengar pengaduan masalah itu, Ummul Fadhl mengirimkan segelas susu kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meminumnya. Maka tahulah mereka bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam tidak berpuasa. Dengan kecerdasan Ummul Fadhl, hilanglah keraguan dan perselisihan diantara para sahabat. Dan dengan itu mereka mendapatlan hikmah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam tidak berpuasa ketika wukuf di Arofah.

Suatu hari, Ummul Fadhl mengatakan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bahwa ia bermimpi melihat sepotong anggota tubuh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam di rumahnya. Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam mena’wilkannya (menafsirkan mimpinya): “Fathimah akan melahirkan seorang bayi laki-laki dan engkau akan menyusuinya bersama putramu Qots’am.” Tak lama setelah itu, lahirlah Husain bin Ali bin Abi Tholib, dan Ummul Fadhl yang menjadi ubu susuannya.

Suatu ketika, Husain kencing ketika berada dalam pangkuan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Melihat kejadian itu, Ummul Fadhl mencubitnya sehingga bayi itu menangis. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam berkata: “Engkau telah menyakiti cucuku. Semoga Allah memaafkanmu.” Kemudian beliau meminta air lalu memercikkannya pada tempat yang terkena kencing itu.
Meriwayatkan Hadits Dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wassalam

Demikianlah kehidupan Ummul Fadhl radhiyallahu’anha, wanita yang sering dikunjungi oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam semasa hidupnya, dan ibu dari enam pemuda mulia, seorang wanita mukminah yang pemberani dan termasuk orang yang pertama masuk Islam. Ia wafat pada masa khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu mendahului suaminya, Abbas bin Abdul Muththolib. Ia meninggalkan untuk kaum muslimin tiga puluh hadits yang diriwayatkannya: dua hadits muttafaqun alaihi (diriwayatkan Bukhari dan Muslim), satu hadits diriwayatkan oleh Muslim saja, sisanya dalam kitab-kitab hadits yang lain.
Wahai Muslimah, Jadikanlah Dia Teladanmu!

Semoga kita, para wanita muslimah, dapat menjadikan Ummul Fadhl sebagai qudwah dalam kehidupan kita. Ia dapat mengambil banyak faedah dari kesuburannya, dapat menyumbangkan banyak jasa bagi Islam, baik dengan diri atau melalui anak-anaknya. Wahai ukhtiy (saudariku) muslimah, marilah kita mengintrospeksi diri kita, luruskan dan perbaikilah niat, semoga kita dapat memberikan sumbangsih untuk Islam. Bila kita tidak sanggup menyumbang harta dan tenaga, sumbangkanlah generasi penerus yang akan mengangkat bendera kalimat tauhid agar tetap berkibar di permukaan bumi ini.
Referensi:

* Al-Ishobah fi Ma’rifah ash-Shohabah
* Al-Isti’ab fi Ma’rifah al-Ash-hab
* Al-Wafi bil Wafayat
* Asadul Ghobah
* Suwarun min Siyar ash-Shohabiyat

Dikutip dari Majalah al-Mawaddah Edisi 7 Tahun ke-2 Shafar 1430H Februari 2009 • Diketik ulang oleh shalihah.com

Sumber: Ukhtifillah (FB)

No comments:

Post a Comment