Assalamu'alaikum.

Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog ini. Terimaksih atas kunjungannya sahabat

Semoga dapat bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, amin....
(bagi yang ingin copy and share artikel yang ada dblog ini, silahkan saja, asal cantumkan sumbernya... :)

Wednesday, 18 August 2010

SYARAT TAUBAT SEJATI

Ada beberapa buah persyaratan yang harus dipenuhi agar taubat itu bisa menjadi taubat yang sejati. Tidak sah taubat seseorang dan tidak akan diterima kecuali apabila syarat-syarat ini terpenuhi, yaitu :

Pertama : Beragama Islam Taubat tidak sah dari orang yang kafir.

Karena kekafirannya adalah bukti yang menunjukkan kedustaan pengakuan taubatnya. Taubat orang kafir ialah dengan cara masuk agama Islam terlebih dahulu.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan taubat bukanlah bagi orang yang melakukan kejahatan sehingga ketika sudah tiba kematian kepada mereka dia mengatakan, “Aku akan bertaubat sekarang” dan bukan juga bagi orang yang meninggal dalam keadaan kafir. Mereka itulah orang-orang yang kami siapkan siksa yang sangat pedih” (QS. An Nisaa’ : 18)

Kedua : Ikhlas karena Allah Allah ta’ala tidak menerima amal kecuali yang ikhlas untuk-Nya saja bukan yang diperuntukkan bagi selain-Nya. Terkadang orang bertaubat dari suatu kemaksiatan karena dia tidak bisa melakukannya. Seperti karena tidak memiliki uang untuk membeli khamr kemudian dia bertaubat dan tidak meminumnya lagi akan tetapi sebenarnya di dalam lubuk hatinya masih terdapat keinginan apabila suatu saat dia sudah punya uang niscaya dia akan membeli dan meneguknya kembali.

Maka orang seperti ini taubatnya tidak diterima dan tidak sah karena dia tidak ikhlas untuk Allah ta’ala dalam melakukannya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan amal untuk-Nya. Ingatlah, agama yang murni hanya untuk Allah” (QS. Az Zumar : 2,3)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya dan bagi setiap orang balasan berdasarkan apa yang diniatkannya” (Muttafaq ‘alaih) Salah satu do’a yang dipanjatkan oleh Al Faruq ‘Umar bin Al Khaththaab adalah, “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalku shaleh. Jadikanlah amal itu untuk mengharap wajah-Mu saja dan jangan jadikan sedikitpun amal itu untuk selain-Mu, siapa pun dia”.

Ketiga : Meninggalkan kemaksiatan Tidaklah bisa digambarkan adanya taubat sementara pelakunya masih terus melakukan dosa kemaksiatannya ketika dia bertaubat. Adapun apabila dia mengulangi dosanya sesudah bertaubat sedangkan syarat taubat sudah terpenuhi -yaitu termasuk di antaranya adalah meninggalkan maksiat itu- maka taubatnya yang dahulu tidak menjadi batal. Akan tetapi dia harus bertaubat lagi, demikian seterusnya.

Keempat : Mengakui dosa Karena tidaklah bisa tergambar ada seorang yang bertaubat dari suatu dosa sementara dia tidak menganggapnya sebagai dosa. Hal ini seperti keadaan orang yang menciptakan bid’ah di dalam ajaran agama Allah ‘azza wa jalla yang ajaran itu bukan termasuk bagiannya. Sebab dia tidak menilai perbuatan itu sebagai dosa. Bahkan dengan cara itulah dia mendekatkan diri kepada Allah ta’ala.

Di dalam hadits Ifk [kabar bohong tentang perselingkuhan Istri Nabi], Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

“Amma ba’du, wahai ‘Aisyah. Sesungguhnya telah sampai berita kepadaku bahwa engkau begini dan begitu. Apabila engkau terlepas dari tuduhan itu maka Allah pasti akan membebaskan dirimu darinya. Dan apabila engkau benar berbuat dosa maka mintalah ampunan kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya. Karena sesungguhnya apabila seorang hamba mengakui dosa kemudian bertaubat maka Allah pasti akan menerima taubatnya” (Muttafaq ‘alaih)

Dengan demikian apabila dilihat dari sisi ini maka kemaksiatan lebih ringan bahayanya dibandingkan dengan syirik. Karena perbuatan maksiat secara umum bisa diharapkan taubatnya. Sedangkan perbuatan syirik secara umum orangnya sulit sekali diharapkan untuk bisa bertaubat.

Kelima : Menyesali dosa-dosa yang dilakukan Tidak pernah tergambar adanya taubat kecuali dari orang yang merasa menyesal, takut dan khawatir akan nasib dirinya akibat dosa yang dilakukannya. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘laihi wa sallam bersabda,

“Penyesalan adalah taubat” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, dishahihkan Al Albani)

Keenam : Mengembalikan hak kepada orang yang dizhalimi Ini apabila maksiat itu berkaitan dengan hak anak Adam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang memiliki tanggungan terhadap orang yang dizhalimi baik berupa kehormatan atau apapun maka hendaklah dia meminta halal kepadanya di suatu hari sebelum datangnya hari dimana tidak berharga lagi dinar dan dirham. Apabila dia punya amal sholeh maka akan diambil darinya semisal kezhaliman yang dilakukannya. Apabila dia tidak memiliki amal kebaikan maka dosa-dosa sahabatnya itu akan dipikulkan kepada dirinya” (HR. Bukhari)

Ketujuh : Bertaubat sebelum nyawa di tenggorokan Nyawa di tenggorokan adalah tanda datangnya kematian yaitu ketika ruh sudah mencapai tenggorokan. Maka taubat itu harus dilakukan sebelum terjadinya kematian. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah subhanahu,

“Dan bukanlah taubat itu diperuntukkan bagi orang-orang yang melakukan kejahatan di saat kematian datang menghampiri mereka barulah dia mengatakan, “Aku bertaubat sekarang” Dan taubat juga bukan untuk orang-orang yang mati dalam keadaan kafir. Mereka itulah orang-orang yang sudah Kami siapkan siksa pedih untuk mereka”.

Rasulullahi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima taubat seorang hamba selama nyawa belum sampai di tenggorokan” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan dishahihkan An Nawawi)

Saudaraku yang kucintai, Manfaatkanlah masa mudamu sebelum kematian menghampiri dan pikun kau alami Segeralah bertaubat sebelum hilang kesempatan dan tersisa penyesalan Ketahuilah, engkau pasti dibalas dan ditagih Dekatkan dirimu kepada Allah dan waspadalah dari ketergelinciran


Kedelapan : Sebelum terbitnya matahari dari arah barat Karena apabila matahari sudah terbit dari arah barat maka seluruh manusia pasti akan beriman dan mereka yakin akan dekatnya hari kiamat. Akan tetapi di saat itu taubat dan iman sudah tidak bermanfaat lagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menjadikan sebuah pintu di sebelah barat yang lebarnya sejauh perjalanan 70 tahun untuk menerima taubat. Pintu itu tidak akan tertutup kecuali jika matahari terbit dari arah sana. Itulah makna dari firman Allah ‘azza wa jalla,


“Pada hari datangnya sebagian ayat Tuhanmu. Ketika itu keimanan seseorang sudah tidak lagi berguna yaitu bagi orang yang sebelumnya belum beriman, atau belum pernah berbuat baik tatkala beriman” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,


“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubatnya orang yang berbuat dosa di siang hari dan Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di malam hari, hal itu terjadi terus hingga matahari terbit dari arah barat” (HR. Muslim)


Tulisan ini diambil dari buku mungil ‘Ayyuhal muqashshir mata tatuubu’

Sumber: Al Ukhuwah Wal Ishlah
http://www.facebook.com/note.php?note_id=143305729036989&ref=notif¬if_t=note_tag

2 comments:

  1. saya sangat berharap agar blog ini selalu update dan maju terus...karna isi blog ini sangat bermanfaat bagi kemajuan umat Islam....jazakAllah...semoga Allah membalas kebaikan anda...Amiin.....terimakasih...

    ReplyDelete
  2. Amin ya Robbal 'alamin

    Terimakasih kembali

    ReplyDelete