Saat terindah bagi seorang pecinta adalah ketika ia bertemu, bercengkrama, dan berdialog dengan orang yang dicintainya. Ketika itu, segala beban hidup dan kenestapaan akan hilang seketika. Bagi para shalihin, bertemu Allah lewat shalat adalah saat yang paling dinantikan, karena pada waktu itulah ia bisa mencurahkan semua isi hati dan bermi'raj menuju Allah. Walau demikian, ia akan kembali lagi ke alam realitas untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang didapat dari shalatnya. Inilah makna sesungguhnya dari khusyuk.
Khusyuk dalam shalat merupakan sebuah keniscayaan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Mukminun: 1-3, "Beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya dan yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna".
Di lain pihak Rasulullah bersabda: Ilmu yang pertama kali diangkat dari muka bumi ialah kekhusyuan. (HR. At-Tabrani ) Dua keterangan di atas setidaknya mengadung pesan bahwa shalat seharusnya mampu membawa perbaikan kualitas hidup kita. Dengan kata lain, bila kita ingin sukses dan ingin berhasil dalam hidup ini, maka kuncinya adalah punya iman dan mampu khusyuk dalam shalat. Siapa pun di antara kita yang tidak pernah meneliti kualitas shalatnya, besar kemungkinan ia tidak akan sukses dalam hidup.
Dalam surat yang lain, Allah bersabda, "Celakalah orang yang shalat, yaitu orang yang lalai dalam shalatnya" (QS. Al Ma'un: 4-5). Redaksi ayat tersebut bukan fi tapi an, yang menggambarkan bahayanya lalai sesudah shalat. Khusyuk ketika shalat hanya memakan waktu sekitar satu jam, sedangkan sehari 24 jam.
Karenanya, tidak mungkin shalat itu hanya efektif untuk yang satu jam. Yakinlah bahwa shalat yang satu jam harus bagus dan sisanya yang 23 jam harus lebih bagus lagi. Maka orang yang shalatnya khusyuk adalah orang yang mampu berkomunikasi dengan baik ketika shalat, dan sesudah shalat ia betul-betul produktif berbuat kebaikan terhadap umat.
Lalu, apa hikmah shalat yang bisa kita dapatkan?
Pelajaran Pertama, Allah mengingatkan kita lima kali sehari tentang waktu. Orang yang khusyuk dalam shalatnya dapat dilihat dari sikapnya yang efektif menggunakan waktu. Ia tidak mau waktunya berlalu sia-sia, karena ia yakin bahwa waktu adalah nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada manusia.
Pelajaran kedua dari shalat adalah kebersihan. Tidak akan pernah diterima shalat seseorang apabila tidak diawali dengan bersuci. Hikmahnya, orang yang akan sukses adalah orang yang sangat cinta dengan hidup bersih. Dalam QS. As Syams: 9-10 Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan dirinya dan sesungguhnya sangat merugi orang yang mengotori dirinya". Dengan kata lain, siapa yang shalatnya khusyuk maka ia akan selalu berpikir bagaimana lahir batinnya bisa selalu bersih.
Mulai dari dhahir, rumah harus bersih. Bersih dari sampah, dari kotoran, dan bersih dari barang-barang milik orang lain. Sikap pun harus bersih. Mata, telinga, dan juga lisan harus bersih dari maksiat dan hal-hal yang tak berguna. Dan yang terpenting pikiran dan hati kita harus bersih. Bersihnya hati akan memunculkan kepekaan terhadap setiap titik dosa, dan inilah awal dari kesuksesan.
Pelajaran Ketiga, sebelum memulai shalat kita harus memasang niat. Niat sangat penting dalam ibadah. Diterima tidaknya sebuh ibadah akan sangat dipengaruhi oleh niat. Seorang yang shalatnya khusyu akan selalu menjaga niat dalam setiap perbuatan yang dilakukannya. Ia tidak mau bertindak sebelum yakin niatnya lurus karena Allah. Ia yakin bahwa Allah hanya akan menerima amal yang ikhlas. Apa ciri orang ikhlas? Ia jarang kecewa dalam hidupnya. Dipuji dicaci, kaya miskin, dilihat tidak dilihat, tidak akan berpengaruh pada dirinya, karena semua yang dilakukannya mutlak untuk Allah.
Setelah niat, shalat memiliki rukun yang tertib dan urutannya. Jadi, Pelajaran keempat dari orang yang khusyuk dalam shalatnya adalah cinta keteraturan. Ketidakteraturan hanya akan menjadi masalah. Shalat mengajarkan kepada kita bahwa kesuksesan hanya milik orang yang mau teratur dalam hidupnya. Orang yang shalatnya khusyuk dapat dilihat bagaimana ia bisa tertib, teratur, dan
prosedural dalam hidupnya.
Pelajaran Kelima, hikmah dari manajemen shalat yang khusyuk adalah tuma'ninah. Tuma'ninah mengandung arti tenang, konsentrasi, dan hadir dengan apa yang dilakukan. Shalat melatih kita memiliki ritme hidup yang indah, di mana setiap episode dinikmati dengan baik. Hak istirahat dipenuhi, hak keluarga, hak pikiran dipenuhi dengan sebaiknya. Rasulullah pun menganjurkan kita untuk proporsional dalam beragama, karena itu salah satu tanda kefakihan seseorang. Bila ini bisa kita lakukan dengan baik insya Allah kita akan mendapatkan kesuksesan yang paripurna., yaitu sukses di kantor, sukses di keluarga, dan sukses di masyarakat.
Pelajaran Keenam, shalat memiliki gerakan yang dinamis. Sujud adalah gerakan paling mengesankan dari dinamisasi shalat. Orang menganggap bahwa kepala merupakan sumber kemuliaan, tapi ketika sujud kepala dan kaki sama derajatnya. Bahkan setiap orang sama Klik disini untuk info buku iniderajatnya ketika shalat. Ini mengandung hikmah bahwa dalam hidup kita harus tawadhu. Ketawadhuan adalah cerminan kesuksesan mengendalikan diri, mengenal Allah, dan mengenal hakikat hidupnya. Bila kita tawadhu (rendah hati) maka Allah akan mengangkat derajat kita. Kesuksesan seorang yang shalat dapat dilihat dari kesantunan, keramahan, dan kerendahan hatinya. Apa cirinya? Ia tidak melihat orang lain lebih rendah daripada dirinya.
Hikmah terakhir dari shalat yang khusyuk adalah salam. Shalat selalu diakhiri dengan salam, yang merupakan sebuah doa semoga Allah memberikan keselamatan, rahmat, dan keberkahan bagimu. Ucapan salam ketika shalat merupakan garansi bahwa diri kita tidak akan pernah berbuat zalim pada orang lain. Ini adalah kunci sukses, karena setiap kali kita berbuat zalim, maka kezaliman itu akan kembali pada diri kita.
Inilah tujuh hikmah yang bisa kita ambil dari manajemen shalat khusyuk. Bila kita mampu mengaplikasikannya, insya Allah kesuksesan dunia dan akhirat ada dalam genggaman kita
Kita semua tahu bahwasanya diri kita ini terdiri daripada dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Bilasaja kita mampu mendirikan salat sebagaimana mestinya, menunjuk bahwasanya kita senantisa berhubungan dengan Tuhan. Karenanya; ruh kita akan tetap bersih dan suci, sehingga kita selalu dituntun oleh_NYA senantiasa untuk berbuat kebaikan, kebenaran dan keadilan. Sebab alasan inilah; maka salat dapat membina jiwa dan membersihkan ruh.
Adalah sebenarnya salat merupakan suatu kewajiban bagi kita semua dengan waktu yang telah ditentukan. Kapan waktu salat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib dan Isya, adalah sudah ditentukan oleh Rasulullah saw.
H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, “Salatlah kamu sebagaimana kamu lihat Aku salat”.
Sebab itu; dengan senantiasa mendirikan salat, kita dilatih untuk disiplin dan patuh terhadap aturan-aturan salat yang telah ditetapkan, mulai dari yang bersifat gerak badan, sampai pada bacaan, dzikir, doa, demikian juga gerak akal dan gerak jiwa, semuanya haruslah menurut sunnah Rasulullah saw dan tidak boleh ditambah-tambah, dirubah ataupun dikurangi.
Hanya saja yang acapkali kita jumpai, tidaklah seperti maksud uraian diatas, bahkan menciptakan cara salat yang tidak berdasar, walaupun maksud/tujuannya dapat kita mengerti. Namun demikian; benar atau tidak salat hasil ciptaan ini, tentulah kita harus kembali pada syarat dan rukun salat serta ketentuan salat sebagaimana mestinya.
H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang mengada-ada dalam agama kami ini sesuatu yang bukan daripadanya, maka yang diada-adakan itu ditolak”.
Walhasil; dengan mendirikan salat sebagaimana mestinya, kita dididik untuk disiplin dan mematuhi aturan.
Pada umumnya kita acapkali alpa dalam mendirikan salat secara berjamaah, yangmana sebenarnya dalam jamaah inilah terdapat hikmah yang sangat dalam. Yaitu kita diwajibkan untuk disiplin dan patuh pada imam dalam salat jamaah. Dan selain itu; masing-masing kita wajib untuk meluruskan shaf, yangmana mau tidak mau dan secara sadar, kita sama-sama saling mengatur shaf.
H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, “Luruskan shafmu, karena meluruskan shaf itu menentukan kesempurnaan salat”.
Dalam urusan pengaturan shaf inilah, kita juga dituntun untuk saling disiplin tanpa lagi melihat apa dan siapa kita-kita ini, dalam artian berpangkat atau hanya rakyat biasa. Bahkan; sebelum kita mendirikan salat jamaah, umumnya kita-kita yang lebih awal datang (semisal di masjid), secara sadar dapat menempati shaf pertama bilamana belum ada yang menempati. Demikian untuk seterusnya, tidak lagi melihat apa dan siapa kita-kita ini.
H.R Albazzaar Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik kamu ialah orang yang paling lunak bahunya dalam salat dan tidak ada satu langkahpun yang lebih besar pahalanya dari langkah seseorang yang dilakukannya untuk mengisi tempat yang kosong dalam shaf dan menutupi/menempatinya”.
Jelaslah sudah; dengan mendirikan salat dapat membina persatuan dan persamaan antar kita, tanpa lagi terjadi bentuk dan sifat membeda-bedakan.
Adalah sebenarnya; bila kita senantiasa mendirikan salat sebagaimana mestinya, tentunya kita senantiasa ingat pada Allah SWT. Dalam keadaan inilah, berarti kita juga senantiasa tenang dan tenteram setiap menghadapi segala keadaan dan peristiwa. Kita tidak akan angkuh dan sombong selama dalam keadaan senang, atau kita tidak akan kecewa, berduka cita dan berputus asa, karena kita senantiasa sadar bahwasanya segala sesuatu adalah kehendak dan ketentuan_NYA.
Untuk itu; salat dapat menanamkan ketenangan dan ketentraman didalam jiwa kita Rasulullah bersabda, “Supaya kamu tidak berputus asa karena ada yang luput daripadamu dan supaya jangan terlalu gembira dengan apa yang datang kepadamu dan Allah tidak suka kepada orang yang angkuh lagi sombong”.
Sebagaimana telah dikemukan sebelum ini, bahwasanya mendirikan salat sebagaimana mestinya adalah kita harus mampu melakukan perpaduan antara gerak jiwa dan hati dengan gerak lahir (badan), sesuai dengan aturan semestinya salat. Hal yang demikian; akan membiasakan kita terlatih berkonsentrasi serta memusatkan pikiran, perhatian, perasaan dan kemauan. Dimana; selanjutnya kita akan senantiasa dapat menimbang dengan seksama, memperhatikan dengan teliti dan mengkaji masalah dengan sebaik-baiknya. Juga kita secara sadar mampu mengambil keputusan yang tepat dan benar serta bertindak rapih dan teliti, tanpa lagi me_reka2.
Karenanya; dengan kita salat sebagaimana mestinya, dapat melatih konsentrasi kita serta menumbuhkan jiwa kepemimpinan kita
H.R Muslim Rasulullah bersabda, “Hendaklah mengimami kaum itu orang yang paling ahli membaca kitab Allah. Jika mereka sama dalam soal bacaan, hendaklah orang yang paling mengetahui sunnah Rasul. Maka jika mereka sama pengetahuannya tentang sunnah Rasul, maka hendaklah orang yang dahulu hijrah. Dan jika sama dalam soal hijrah, maka hendaklah orang yang lebih tua usianya. Dan janganlah seseorang mengimami orang lain dalam kekuasaannya dan janganlah ia duduk dirumah orang di atas tikarnya melainkan dengan izinnya”.
Yang dimaksud orang yang ahli membaca Al Quran disini adalah tidaklah semata ahli membaca dalam artian faseh, tetapi juga ahli dalam mengartikannya serta pengertiannya. Adalah sebenarnya kita harus mampu dengan seksama apakah imam kita seperti demikian?
Adapun syarat sah salat ialah, Mengetahui telah masuk waktu salat, Bersih dari hadats, Suci badan, pakaian dan tempat dari najis, Menutup aurat, serta Menghadap kiblat. Syarat disini adalah sesuatu yang wajib dilakukan sebelum kita salat, akan tetapi tidak merupakan bagian dari salat.
Surat An Nisaa’ ayat 103 (V:4:103)
Maka apabila kamu telah menunaikan salat, ingatlah Allah dalam keadaan berdiri, dalam keadaan duduk dan dalam keadaan berbaring. Dan apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang mukmin.
Sumber: http://forum.dudung.net/index.php?topic=2778.0
No comments:
Post a Comment