Assalamu'alaikum.

Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog ini. Terimaksih atas kunjungannya sahabat

Semoga dapat bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, amin....
(bagi yang ingin copy and share artikel yang ada dblog ini, silahkan saja, asal cantumkan sumbernya... :)

Tuesday 8 June 2010

EMAS DAN LOYANG

Pada postingan saya kali ini, saya ingin sedikit bercerita tentang kisah seorang sufi yang pernah ditanya oleh seorang pemuda tentang pakaian yg dikenakannya. Mungkin, sebagian teman-teman sudah ada yg pernah mendengar cerita tersebut namun tidak ada salahnya kalau kita kembali mengingat hikmah yg bisa kita petik di dalamnya. Selamat membaca!


Pada zaman dahulu hiduplah seorang sufi tersohor bernama Zun-Nun (walah..knp pembukaan ceritanya kayak buku anak2 SD gini ya?? ga kreatif!) Lanjut… Lalu seorang pemuda nan tampan dan keren… eh ga deng biasa aja! bertanya kpd Zun-Nun, “Guru, mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya dan amat sederhana? Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan namun untuk banyak tujuan lain.”



Kemudian, Om Sufi (halah..ga enak nyebutnya), Pak Sufi (kurang pas sepertinya??), hmm.. Sang Sufi (okz lah!) itu hanya tersenyum dan memberikan sebuah cincin lalu berkata, “Anak muda, aku akan menjawab pertanyaanmu tetapi sebelumnya tolong lakukan satu hal untukku. Ambilah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?”

Lalu, melihat cincin Sang Sufi yg kotor, pemuda tersebut pun mulai ragu kalau dia bisa menjualnya seharga satu keping emas. Meskipun begitu, pemuda tersebut bergegas ke pasar dan menawarkannya ke beberapa pedagang, baik ke penjual daging, penjual ikan, penjual sayur, dsb. Namun, tak satu pun dari mereka yg bersedia membelinya seharga satu keping emas. Tawaran tertinggi adalah hanya sebesar satu keping perak. Sang pemuda pun segera melaporkannya kepada Sang Sufi.

Sang Sufi pun hanya tersenyum dan berkata, “Sekarang pergilah kamu ke toko emas dibelakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberi penilaian.”

Pemuda itu pun langsung pergi ke Toko emas yg dimaksud. Ia pun kembali ke Sang Sufi dengan raut wajah yg berbeda dari sebelumnya sambil berkata, “Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak mengetahui nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas.”

Kemudian, Sang Sufi pun tersenyum dan berkata lirih, “Itulah jawaban atas pertanyaanmu anak muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya ‘pedagang sayur, pedang ikan, dan pedagang daging di pasar’ yang menilai demikian. Tidak bagi ‘pedagang emas’ . Emas dan permata dalam diri seseorang hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke dalam jiwa. Diperlukan kearifan utk menjenguknya dan tentu saja butuh proses yg tidak sebentar. Kita tidak bisa menilai hanya dari tutur kata dan sikap yg terlihat sekilas. Seringkali yang dikira ‘Emas’ ternyata’ Loyang’ dan yg terlihat seperti ‘Loyang’ padahal dialah ‘Emas’.”

(sumber: “1000 Kata Motivasi Ampuh”, Great Team)

http://www.facebook.com/notes/rien-marini/-emas-dan-loyang-/394456392606

No comments:

Post a Comment