Assalamu'alaikum.

Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog ini. Terimaksih atas kunjungannya sahabat

Semoga dapat bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, amin....
(bagi yang ingin copy and share artikel yang ada dblog ini, silahkan saja, asal cantumkan sumbernya... :)

Wednesday 23 June 2010

Tazkiyah Penyejuk Hati (I)

"Dan jiwa serta apa yang disempurnakannya, maka diilhamkan kepadanya keburukan dan ketakwaannya (potensi buruk & potensi baik), Sungguh beruntung orang yang membersihkannya dan merugi orang yang mengotorinya." (Al-Syams: 7-10)

Setiap orang bertanggung jawab untuk mencari rizki (baca: dunia) dalam memenuhi kebutuhannya. Tapi tak jarang yang tidak tahu batas sehingga kelewatan (kebablasan) tidak tahu waktu dan tidak mengenal batasan halal dan haram. Dia mengira bahwa kebahagiaan itu terletak pada berapa banyak materi atau harta yang dia punyai. Seperti anggapan umumnya orang bahwa apabila seseorang mempunyai rumah yang mewah, mobil yang wah, perusahaan yang mentereng dan simpanan uang di bank yang menumpuk, istri yang cantik, serta kekayaan lainnya, maka orang tersebut bisa disebut bahagia. Kenyataannya banyak orang kaya seperti gambaran tersebut di atas bahkan lebih, terkadang disebut milyarder, bisa jadi status sosial orang tersebut pengusaha, pejabat atau lainnya, ternyata kehidupannya menderita, sehingga tidak jarang ia terkena penyakit stress oleh berbagai terpaan masalah. Masalah bisa timbul dari persoalan perusahaannya, kadangkala dari persoalan keluarganya dikarenakan istri serong dan anak yang membandel, atau karena sebab-sebab lain. Dalam kondisi seperti itu ternyata harta tidak bisa selalu memecahkan masalah. Memang harta tidak menjamin seseorang akan bahagia. Hanya harta di tangan orang yang sholeh saja yang bisa membahagiakan, demikian pesan Rasulullah saw kepada Amru bin Ash.

Adakalanya orang menyangka bahwa jabatan atau kedudukan sosial itu bisa menghantarkan seseorang kepada kehormatan yang dapat membahagiakan. Untuk tujuan tersebut banyak orang siap menyuap dan berbuat apa saja agar menduduki jabatan tertentu, dengan asumsi bahwa tempat tersebut terhomat dan 'basah'. Biasanya cara perolehan jabatan seperti ini banyak menimbulkan masalah dibelakang hari, terutama menjadi lahan subur bagi para penjilat dan kelompok 'oportunis'. Bisa diduga bahwa karir tersebut akan berakhir dengan kekecewaan-kekecewaan, sebab dibangun dengan landasan yang rapuh dan berkhianat terhadap amanat jabatan tersebut. Memang jabatan tak selamanya membawa kebahagiaan, bahkan tanggung jawabnya berat dikemudian hari. Apabila kamu lemah, jangan kamu memangku jabatan, karena itu adalah amanat dan itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat kelak. Demikian petuah Rasulullah saw kepada Abu-Dzar Al-Ghifari suatu saat.

Lain lagi dengan anggapan sebagian manusia berhidung belang, bahwa kebahagiaan itu terdapat pada pelampiasan nafsu kepada wanita sebanyak mungkin dan secantik mungkin. Banyak wanita lemah iman jatuh kepangkuannya. Dia bagaikan orang minum air laut, semakin diminum semakin haus. Tiada hentinya dia mengarungi lautan perzinaan dan banyak dari mereka yang berakhir dengan mengidap penyakit berbahaya. Demikian akibat menyalahi aturan Allah. Model pemuda seperti ini pernah datang kepada Rasulullah saw dan menyatakan bersedia memasuki pelataran Islam, dengan satu syarat agar dia diperbolehkan berzina, karena dia merasa paling suka sama perempuan. Kemudian Rasulullah saw membisiki telinga pemuda tadi seraya bertanya, "Relakah engkau ibumu dizinahi orang?" Dia jawab, "Tidak", "Relakah engkau saudaramu dizinahi orang?" Dia jawab, "Tidak". "Kenapa kamu rela menzinahi, sementara mungkin itu ibunya orang, atau saudara orang, atau tantenya orang lain." Karuan saja pemuda itu bergumam, "Sungguh saya kelewatan." Sejak itu dia berkata bahwa tidak ada perbuatan yang saya benci kecuali berzina. Memang pelampiasan nafsu birahi pada bukan tempatnya (kecuali kawin sah) adalah kenistaan dan tak jarang menghancurkan kehidupan.

Dan ada berbagai macam cara orang mencari kebahagiaan ternyata tidak didapatkan. Siapa hidup di dunia ini tidak ingin hidup bahagia. Ibnu Hazm, seorang ulama yang hebat dari Andalusia, Spanyol, pernah mengatakan bahwa seluruh manusia berjalan ke satu arah yaitu mengusir ketakutan untuk mencapai kebahagiaan; takut miskin bekerja keras mencari harta agar kaya, takut bodoh mencari ilmu agar pintar, takut hina mencari kedudukan agar terhormat, dll. Tetapi semua jalan itu sepanjang perjalanan manusia tidak bisa membahagiakan kecuali Addin (Agama Islam). Bukan saja kebahagiaan dunia tapi juga menembus sampai akhirat.

Kebahagiaan yang tidak dibangun di atas landasan Addin adalah kebahagiaan nisbi/semu. Sementara kebahagiaan yang dibangun di atas landasan Addin adalah kebahagiaan hakiki.

Bagaimana cara membangun kehidupan bahagia yang hakiki..?......

Pusat Kebahagiaan:
Pusat kebahagiaan itu terletak di hati. Apabila hati seseorang itu dipenuhi dengan cahaya keimanan sesuai dengan petunjuk Allah dan RasulNya, jaminan dia akan bahagia di dunia dan akherat, Allah SWT berfirman dalam QS: An-Nahl 97 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasn kepad mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

Sebaliknya bagi mereka yang berpaling dari jalan Allah SWT dan mengikuti jalan lain dengan konsepsi syaitan dan konco-konconya, maka pasti cepat atau lambat akan mendapat kesengsaraan dunia apalagi di akherat, Allah SWT berfirman dalam QS: Thaahaa 124-126 yang artinya : "Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia : Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat? Allah berfirman : Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan."

Allah SWT hanya menerima hati yang bersih tulus ikhlas kehidupannya dengan berbagai variasinya dipersembahkan hanya untukNya seperti dalam QS: Asy-Syu'araa 89 yang artinya : "Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih."

Karena hati ini sebagai penggerak dan penentu kebahagiaan seseorang, maka harus diperhatikan seperti yang disinyalir Rasulullah SAW: "Ketahuilah bahwa dalam jasad manusia terdapat segumpal darah, kalau dia baik, seluruh jasadnya baik, namun apabila dia rusak, maka seluruh jasadnya rusak, itulah hati." (HR: Bukhari).

Sebagian ulama salaf menggambarkan bahwa hati ini seperti rumah yang mempunyai pintu dan jendela. Apabila penjagaan pintu dan jendela tidak ketat, bisa dipastikan seisi rumah akan dikuras oleh maling. Pintu dan jendela tersebut adalah mata, telinga, mulut, dan seluruh anggota tubuh. Sedangkan malingnya adalah syaitan dan kroninya. Kita berkewajiban untuk menjaga hati kita dan mengisinya dengan tazkiyah sesuai petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Perlu diketahui hati itu bekerja sesuai dengan fungsinya sebagaimana anggota tubuh kita bekerja sesuai dengan fungsinya. Hati itu hidup, awalnya, tapi proses berikutnya kalau tidak dijaga dan diisi dengan tazkiyah, maka dia bisa sakit bahkan mati. Rasulullah SAW menggambarkan hati dalam sabdanya :"Permisalan petunjuk dan ilmu yang ditugaskan Allah kepadaku bagaikan air hujan yang turun ke bumi. Diantaranya mengenai tanah yang subur dapat menahan air buat menusia dan menumbuhkan pepohonan. Ada yang mengenai tanah tandus, dapat menahan air tetapi tak dapat menghidupkan pepohonan. Tanah pertama seperti hatinya mukmin yang menyerap ilmu Islam serta mengaplikasikan sikonnya. Tanah kedua hatinya orang munafik yang bisa menyerap ilmu Islam tetapi tak menjalankannya. Tanah ketiga seperti hatinya orang kafir yang tidak mengindahkan ajaran Islam apalagi mengamalkannya." (HR: Bukhari).

http://www.facebook.com/?page=1&sk=messages&tid=1446753883810

No comments:

Post a Comment