Assalamu'alaikum.

Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog ini. Terimaksih atas kunjungannya sahabat

Semoga dapat bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, amin....
(bagi yang ingin copy and share artikel yang ada dblog ini, silahkan saja, asal cantumkan sumbernya... :)

Tuesday 4 May 2010

Wanita "Ayam Potong"???

copas dari pengalamn nyata seorang hamba ALLah
moga bisa jdi renungaN


Beli jus, yuk!” ajak seorang teman suatu hari
“Yuk.” jawabku singkat sambil bergegas mengambil dompet pria hasil barter dengan seorang teman lima tahun yang lalu karena ia suka dompetku.

Sesampainya di lokasi, reflek aku berkomentar.
“Lho kok disini!”
“Mau dimana lagi”.

Aku hanya diam karena tidak punya jawaban yang lebih baik. Jika pun ingin menjawab “kenapa tidak buat jus sendiri aja di rumah”, rasanya bukan jawaban yang tepat karena tidak sebiji buah pun yang masih tersisa di rumah.

Kuraih sebuah kursi sambil menantikan penjualnya meracikan minuman untuk kami berdua. Pikiranku mulai melayang kemana-mana. Kutahan-tahan sikap to the point dan tanpa basa-basi yang kutakut akan merusak suasana. Atau mungkin karena sikap kepengecutanku? Entahlah, intinya aku tidak berkomentar pada penjual jus yang hanya memakai t-shirt dan celana yang hanya beberapa centi saja dari pinggang.

Beberapa hari yang lalu aku rela berjemur di jalanan sambil duduk di atas motor karena malas melihat penjual jus yang satu ini. Kalau aku mendekat mau tidak mau terlihat juga kalau dia tidak berpakaian. Maksudku berpakaian tapi telanjang. Kalau aku tetap di motor berarti aku harus terpanggang sinar matahari Jogja yang terik di siang hari. Tak apalah daripada terbakar neraka gara-gara si mbak.

Hari ini lagi-lagi aku harus mengunjungginya masih bersama temanku beberapa hari yang lalu. Sial juga!

Sesampainya di rumah kembali kunikmati tulisan Rohidin tentang Minangkabau dalam pandangan anak muda. Hingga mengantarkanku pada tema perempuan Minang yang kata beliau “Kalau dulu berpakaian kurung/ berbaju kurung, sekarang berbaju kurang.” Aku jadi ingat kejadian-kejadian di jalan yang memuakkan, termasuk cara berpakaian si mbak penjual jus. Aku tidak tahu, apakah dengan kostum beliau yang demikian beliau ingin menarik perhatian pelanggan atau memang beliau tidak tahan dengan udara panas? Atau memang beliau tidak kuat membeli pakaian yang bahannya cukup sehingga harus pakai “baju kurang”! Atau mungkin juga punya penyakit kulit yang jika ditutupi akan makin parah. Tapi penyakit apa ya yang seperti itu? Atau dia merasa belum baligh sehingga tidak merasa wajib menutup aurat? Aku binggung sendiri! Seingatku, dulu aku juga suka pakai celana pendek dan sangat minim saat mulai remaja, hanya karena merasa bangga saja terlihat sexi. Meski tanteku selalu melarang keluar rumah dengan pakaian seperti itu sampai aku sadar kalau aku punya harga! Lantas apakah si mbak penjual jus dan beberapa mbak-mbak yang kulihat di pinggir jalan juga begitu? Berpakaian minim karena ingin dibilang “sexy”?

Ingatanku mentok pada kata seorang teman di suatu hari.
“Sekarang ini banyak perempuan yang suka pakai celana di atas lutut. Kalau lagi di motor dan posisinya di depan kita jadi serba bingung. Mau gak dilihat kelihatan dan bisa nabrak. Eeehh dilihat jadi dosa. Serba salah dech”.

Sebenarnya aku jauh lebih bingung! Bagaimana solusinya ya. Kalau kami yang perempuan aja tahu itu aurat, apa rasanya bagi laki-laki yang hanya boleh melihat muka dan telapak tangan perempuan? Mending dicolok pakai besi panas kali matanya! (“sadis oey!” Iya,…begitu ntar azabnya!)

Kenapa mereka tidak pakai saja pakaian begitu di lokasi pelacuran yang memang niat orang datang kesana buat nyari dosa. Kenapa musti memberat-beratkan orang-orang yang niatnya gak nyari dosa di jalanan? Jika aku yang sesama perempuan saja mual dan mau muntah melihatnya, bagaimana dengan kaum pria? Kasihan sekali mereka yang berusaha menjaga diri.

Dulu saat kuliah di S1, seorang dosen pernah membuat statmen yang kupikir awalnya cukup kejam. “Untuk kalian yang pakaiannya serba terbuka, saya doakan semoga nanti akan diperkosa!”

Wuih, gila doanya, menyeramkan! Tapi beberapa hari berselang, aku sempat membaca tulisan yang kulupa darimana sumbernya menceritakan tentang kasus perkosaan salah sasaran! Begini kisahnya, ada seorang pria yang seringkali melihat seorang gadis yang berpakaian kurang, hampir setiap hari. Si pria ini rupanya bukan tipe orang yang bisa menahan nafsu syahwatnya. Juga belum menikah, jadi tidak punya tempat penyaluran kebutuhan biologisnya. Karena dia pun sering menikmati tontonan berbau pornoaksi dan pornografi di televisi dan film-film. Walhasil, saat ia sudah tidak kuat lagi mengendalikan dirinya, hari itu ia berniat menyatroni rumah gadis yang sering dilihatnya. Kebetulan ia anak kost. Setibanya di rumah kost an gadis, ternyata pujaan hatinya tidak ada di lokasi. Ia hanya bertemu dengan teman si gadis yang kebetulan sendirian di kost an. Sudah bisa didugakan apa yang terjadi? Tepat, ia kemudian memperkosa teman gadis berpakaian seksi. Padahal, gadis yang diperkosa ini tidak suka pakai baju kurang sehari-harinya. Na’udzubillah! Ingin kubacok saja dua makhluk itu. (Ups, tahan mbak!) Terutama perempuan seksi yang telah mengorbankan temannya sendiri tanpa ia sadari! Juga pemuda yang jadi korban kebinalan si gadis seksi itu!

Kalau begitu kisahnya, para perempuan yang mirip ayam potong yang dipajang dijalan-jalan itu, bukan saja menciptakan dosa bagi yang memandang, tapi juga menciptakan musibah bagi orang lain. Ya, nggak?

Sebenarnya korban-korban perkosaan itu apa semua layak dikatakan “korban”? Jika ia sendiri yang memancing-mancing di air butek eh keruh dink. Dan parahnya lagi, dulu saat aku kuliah di fakultas hukum, justru perempuan ayam potong paling banyak ditemukan di fakultasku ketimbang yang lain. Justru yang sehari-hari akrab dengan kasus-kasus kriminal lebih dominan punya tampang kriminil ya (sambil nyengir). Terinspirasi kali’. Salah ternyata kalau tampang kriminil selalu diidentikkan dengan beberapa teori pidana yang mengatakan bermuka demikian dan demikian. Karena yang cantik-cantik justru jauh lebih ganas!

Aku makin bingung! Bagaimana menolong perempuan ayam potong ini. Istilah itu kuambil karena memang ayam potong yang makanannya konsentrat itu kalau sudah direndam di air panas dan dicabuti bulunya jadi mirip dengan mereka yang berpakaian kurang (maaf kalau ada yang tersinggung, aku juga tidak peduli!).

Atau aku memang kelewat kuper karena tidak bisa mengikuti model berbusana terbaru yang sudah mirip dengan orang terbelakang di pedalaman atau manusia primitif jaman doeloe? Setahuku pakaian yang minim begitu sudah ada sejak zaman dulu. Karena mereka tinggal di hutan, karena mereka hanya mengandalkan kulit kayu makanya pakaiannya minim atau karena tujuan tertentu. Lalu kenapa orang-orang yang mengaku modern ini keluar hutan dengan kostum begitu? (Eh, kok keluar hutan sich, mereka bukan orang hutan ya?! he he). Maklum habis penelitian Orang Rimba. Mereka aja udah pada pakai baju!

Bingung, bingung, bingung!
Yang kutahu tuch ya. Anak kecil aja punya rasa malu. Buktikan sendiri! Jika ada anak balita yang habis mandi dan belum berkostum keluar dari kamar mandi lalu ketemu orang, ia pasti akan berusaha menutupi dirinya minimal pada organ-organ tertentu karena malu. Lha kok setelah gedhe malah jadi ngobral diri! Gak perlu bayar, gak perlu bayar, nikmati saja. Gratis! Kalau gratisnya membawa berkah terserahlah, masalahnya ini membawa musibah!

Aku benar-benar terasa makin bodoh dan idiot saja merasakan fenomena unik ini. Mungkin seharusnya ada program setiap aktivis dakwah mendekati minimal satu orang perempuan ayam potong agar mereka bisa lebih menghormati dirinya. Sayang kan aset yang luar biasa besar ini cuma jadi bahan bakar neraka? Sayangkan kulit yang mulus-mulus itu harus terpapar sinar ultraviolet yang bukan saja seringkali menggelapkan tapi juga bikin kanker kulit. Jika berpakaian seperti itu hanya karena kekasih atau pasangan yang dicintai, yakinlah bahwa setelah anda peot makin peot juga rasa cintanya. Karena baginya, cinta adalah sesuatu yang indah dan bisa dinikmati secara fisik!

Sumber: http://www.facebook.com/notes/artikel-renungan-kisah-motifasi/wanita-ayam-potong/121376197874186

No comments:

Post a Comment