Assalamu'alaikum.

Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog ini. Terimaksih atas kunjungannya sahabat

Semoga dapat bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, amin....
(bagi yang ingin copy and share artikel yang ada dblog ini, silahkan saja, asal cantumkan sumbernya... :)

Thursday 27 May 2010

SYIRIK ADALAH DOSA YANG PALING BESAR

Asslmkm. wr.wb.

Makna dari "kesesatan" dan "kembali",

Untuk mengetahui penyimpangan dalam kehidupan manusia, tidak ada salahnya bila mengerti akan makna kesesatan (kuruf) dan kembali (riddah). Kesesatan adalah berpaling dari jalan yg lurus. Lawan dari kesesatan adalah petunjuk, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Isra' ayat 15, "Barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah) maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri". Kesesatan dinisbatkan kepada beberapa makna, yaitu :
1. Terkadang diartikan kekufuran, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa ayat 136, "Barangsiapa yang kafir kpd Allah, malaikat2-Nya, kitab2-Nya, rasul2-Nya dan hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya".
2. Terkadang diartikan "kemusyrikan", Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 116, "Barangsiapa menyekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya"
3. Terkadang diartikan "menyalahi (kebenaran)", tetapi di bawah kekufuran, biasanya dikatakan sebagai "kelompok-kelompok yang sesat" artinya yang menyalahi kebenaran.
4. Terkadang diartikan "kesalahan", sebagaimana ucapan Musa a.s. "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf (salah)" (Asy-Syu'ara' ayat 20).
5. Terkadang diartikan "lupa", sebagaimana firman Allah dlm Surat Al-Baqarah ayat 282, "Supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya".
6. Terkadang diartikan "hilang dan tidak ada", seperti dikatakan unta yang hilang.
Sedangkan "kembali" atau secara bahasa "riddah", yang menurut istilah syara', riddah berarti kufur setelah Islam. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 217, "Barangsiapa murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan diakherat, dan mereka itulah penghuni Neraka, mereka kekal di dalamnya".
Riddah itu ada empat macam, yaitu :
1. Riddah dengan "ucapan". Seperti mencaci Allah atau Rasulullah SAW atau malaikat-malaikat-Nya atau salah seorang dari rasul-Nya, atau mengaku mengetahui ilmu ghaib atau mengaku nabi atau membenarkan orang yang mengaku sebagai nabi atau berdoa kepada selain Allah atau memohon pertolongan kepadanya, sesuatu yang tidak kuasa dilakukan kecuali oleh Allah atau berlindung kepadanya dalam hal yang juga tidak kuasa dilakukan kecuali oleh Allah SWT.
2.Riddah dengan "perbuatan". Seperti sujud kepada patung, pohon, batu, kuburan dan memberikan sembelihan untuknya. Termasuk juga membuang mushaf Al-Qur'an di tempat-tempat yang kotor, melakukan sihir, mempelajari dan mengajarkannya serta memutuskan hukum dengan selain apa yang diturunkan Allah dan meyakini kebolehannya.
3. Riddah dengan "i'tiqad (kepercayaan)". Seperti kepercayaan adanya sekutu bagi Allah atau kepercayaan bahwa zina, khamar dan riba adalah halal, atau percaya bahwa roti adalah haram, shalat adalah tidak wajib atau hal semisalnya yang telah disepakati kehalalan, keharaman atau wajibnya secara ijma' (konsensus) yang pasti, yang tidak seorang pun tidak mengetahuinya.
4. Riddah dengan "keraguan tentang sesuatu sebagaimana yang disebutkan di atas". Seperti ragu tentang diharamkannya syirik atau diharamkannya zina atau khamar, atau ragu tentang halalnya roti atau ragu terhadap risalah Nabi Muhammad SAW, risalah nabi-nabi selainnya, atau ragu tentang kebenarannya, ragu tentang agama Islam atau ragu tentang kesesuaiannya dengan jaman sekarang.

Tidak ada manusia yang mengingkari tauhid rububiyah, kecuali sedikit sekali, seperti Fir’aun, orang-orang atheis dan komunis. Namun mengingkaran mereka itu hanyalah karena kesombongan. Jika tidak, tentu mereka mau tidak mau mengakuinya dalam hati dan sanubari mereka.

Allah SWT berfirman dalam Surat An-Naml ayat 14, “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya”. Ayat ini menunjukkan bhw seseorang menjadikan kufur dikarenakan kezaliman dan kesombongannya sendiri meskipun di dalam hati meyakini adalah Allah SWT. Biasanya kesombongan dan kezaliman itu tejadi sebagai akibat dari kecerdasan akalnya tanpa mempertimbangkan hatinya dan pembuktian-pembuktian secara logika saja. Kufur menurut bahasa berarti menutupi, sedangkan menurut syara’ adalah tidak beriman kpd Allah dan Rosul-Nya baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya. Perlu diketahui bahwa jenis kufur adalah kufur besar dan kufur kecil. Kufur besar bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan termasuk kufur kecil adalah kufur amali. Kufur amali ini adalah dosa-dosa kufur namun tidak mencapai derajat kufur besar. Berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an, yang termasuk kufur besar adalah :
1. Kufur karena mendustakan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Ankabut ayat 68, “Siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala ia datang kepadanya. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat tinggal bagi orang-orang kafir?”
2. Kufur karena malas dan sombong, padahal membenarkannya. Perhatikan firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 34, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Tunduklah kamu kepada Adam. Lalu mereka tunduk, kecuali Iblis, ia malas (enggan) dan congkak (sombong), dan adalah ia termasuk orang-orang kafir”.
3. Kufur karena ragu, dalilnya adalah firman Allah SWT dalam Surat Al-Kahfi ayat 35-38, “Dan ia memasuki kebunnya, sedang ia aniaya terhadap dirinya sendiri, ia bekata, ‘Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya dan aku kira kiamat tidak akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kpd Rabbku, niscaya akan kudapati tempat kembali yang lebih baik’. Temannya (yang mukmin) berkata kepadanya, ‘ Apakah engkau kafir kpd (Rabb) yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian Dia menjadikanmu seorang laki-laki? Tetapi aku (percaya bahwa) Dialah Allah, Rabbku dan aku tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun”.
4. Kuruf karena berpaling sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Ahqaf ayat 3, “Dan orang-orang kafir itu berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada mereka”.
5. Kufur karena nifaq, yang dalilnya adalah firman Allah SWT dalam Surat Al-Munafiqun ayat 3, “Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara lahirnya), lalu kafir (secara bathinnya), kemudian hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti”.
Yang termasuk kufur kecil seperti kufur nikmat sebagaimana yang disebutkan dalam Surat An-Nahl ayat 83, “Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir”. Termasuk kufur kecil lainnya adalah membunuh orang muslim. Coba perhatikan hadits Nabi SAW dan ayat-ayat Al-Qur’an di bawah ini :
“Membunuh orang muslim sebagaimana sabda Nabi SAW, bhw “Mencaci seorang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran” (HR Bukhari-Muslim). Selanjutnya sabda Nabi SAW, “Janganlah kalian sepeninggalku, kembali lagi menjadi orang kafir, sebagian kalian memenggal leher sebagian yang lain” (HR Bukhari – Muslim). Termasuk juga kufur kecil adalah bersumpah dengan nama selain Allah sebagaimana hadits Rosulullah SAW bersabda, : “Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah berarti ia telah kafir atau musyrik” (HR At-Tiemidzi dan ia menghasankannya serta Imam Al-Hakim menshaihkannya).
Kufur kecil seperti kufur nikmat, membunuh orang muslim dan bersumpah dengan nama selain Allah tetap menjadikan para pelakunya berdosa besar sebagai orang-orang mukmin, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 178, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Maka barangsiapa mendapatkan suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula)”. Allah tidak mengeluarkan orang yang membunuh dari golongan orang-orang beriman, bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang (berhak melakukan) qishash. Qishash artinya mengambil pembalasan yang sama. Qishash tidak dilakukan bila yang membunuh mendapat pemaafan dari ahli waris yang terbunuh, yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaknya membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Allah menjelaskan hukum-hukum ini membunuh yang bukan si pembunuh atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, maka terhadapnya di dunia diambil qishash dan di akherat dia mendapat siksa yang pedih.
Yang dimaksud “saudara” dalam ayat di atas adalah saudara seagama, berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat Al-Hujurat ayat 9-10, “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah) maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”.

Barangsiapa berbuat syirik kepada Allah berarti dia membangkang, sombong dan memusuhi Allah SWT. Karena syirik itu adalah menyamakan selain Allah dengan Allah.

Menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal kekhususan Allah, seperti berdoa kepada selain Allah di samping berdoa kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih kurban, bernadzar, berdoa dan sebagainya kepada selain-Nya itu namanya syirik. Oleh karena itu, barangsiapa menyembah selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu adalah kezhaliman yang paling besar. Allah tidak akan mengampuni orang musyrik, jika ia meninggal dunia dalam kemusyrikannya. Orang musyrik itu halal darah dan hartanya. Karena itu, syirik adalah dosa yang paling besar. Syurgapun diharamkan bagi orang musyrik dan syirik dapat menghapuskan pahala segala amal kebaikannya.
Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar” (Luqman ayat 13). “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (An-Nisa’ ayat 48). “Sesungguhnya orang yang menyekutukan (sesuatu dengan) Allah maka pasti Allah mengharankan kepadanya Syurga dan tempatnya adalah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun” (Al-Maidah ayat 72). “Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan” (Al-An’am ayat 88).“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kpdmu dan kpd (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Jika kamu menyekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (Az-Zumaar ayat 65). “Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu, dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian” (At-Taubah ayat 5).
Selain itu Nabi SAW bersabda : “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka menyatakan, ‘Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah’. Jika mereka telah menyatakannya, niscaya darah dan harta mereka aku lindungi kecuali karena haknya” (HR Bukhari dan Muslim).
Rosulullah SAW bersabda : “Maukah kalian aku beritakan tentang dosa yg paling besar?” Kami menjawab : “Ya, wahai Rosulullah”. Beliau bersabda, “Berbuat syirik kpd Allah dan durhaka kepada kedua orang tua” (HR Bukhari dan Muslim).
Dari ayat-ayat dan hadits tersebut, bahwa syirik merupakan suatu kekurangan dan aib yang Allah SWT mensucikan diri dari keduanya. Oleh karena itu, barangsiapa berbuat syirik kepada Allah berarti ia menetapkan untuk Allah apa yg Dia mensucikan diri daripadanya. Dan hal ini adalah puncak pembangkangan, kesombongan dan permusuhan kpd Allah SWT.

“Cinta harta dan cinta kedudukan itu termasuk dosa paling besar” kata Iblis.

Dalam dialog antara Nabi Muhammad SAW dengan Iblis, Nabi Muhammad SAW bertanya kepada Iblis, “Siapa menurut engkau hamba-hamba Allah yang mukhlisin itu?” Iblis menjawab, “Tidak tahukah engkau wahai Muhammad, orang yang masih suka dirham dan dinar (harta), belum murni karena Allah SWT. Andai saya melihat seseorang tidak menyukai dirham dan dinar, serta tidak suka dipuji, maka saya tahu bahwa dialah orang yang mukhlis karena Allah, lalu saya tinggalkan. Seorang hamba selagi masih suka harta dan pujian, sedangkan hatinya selalu bergantung pada kesenangan-kesenangan duniawi, dia lebih taat kepadaku.”
“Tidakkah engkau tahu wahai Muhammad, bahwa cinta harta itu termasuk dosa paling besar? Cinta kedudukan juga termasuk dosa paling besar? Saya memiliki tujuh puluh ribu anak, setiap anak memiliki tujuh puluh ribu setan. Diantara mereka ada yang saya tugaskan untuk menggoda ulama, menggoda para remaja, menggoda orang-orang yang sdh tua. Anak-anak muda atau remaja tidak ada masalah, sedangkan anak-anak kecil lebih mudah kami permainkan sekehendak saya. Diantara mereka ada yang bertugas menggoda orang-orng yang tekun beribadah, menggoda orang-orang zuhud. Mereka keluar masuk dari kondisi satu ke kondisi lain, dari pintu satu ke pintu lain, sehingga mereka berhasil menggunakan cara. Saya menilai keikhlasan dalam hatinya, mereka beribadah tapi tidak ikhlas, meeka tidak merasakan hal itu”
“Wahai, Muhammad, Barshish seorang rahib (pendeta) yang ikhlas karena Allah selama tujuh puluh tahun, berkat doanya ia sanggup menyelamatkan orang2 yang sakit. Namun saya tidak berhenti menggodanya sampai ia berbuat zina, membunuh orang, dan mati dalam kondisi kafir. Inilah maksud dari firman Allah SWT dalam Surat Al-Hasyr ayat 16, “(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia : ‘Kafirlah kamu, maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata : ‘Sesungguhnya aku cuci tangan darimu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam’. Ya, Muhammad, kebohongan itu dari saya, sayalah pembohong pertama kali. Semua pembohong adalah temanku. Siapa beresumpah atas nama Allah dengan berbohong, dialah kekasihku.”

Dosa perbuatan menggunjing itu lebih berat daripada berzina, karena lelaki yang berzina lalu bertaubat, dan Allah SWT menerima taubatnya, namun orang yang menggunjing orang lain tidak akan diampuni sampai orang yang bersangkutan mengampuni.

Ketahuilah bahwa Allah SWT telah memutuskan dalam Kitab-Nya mengenai tercelanya menggunjing (termasuk mengumpat dan memfitnah), dimana ahli menggunjing disamakan dengan orang yang memakan bangkai. Firman-Nya : "Janganlah diantara kalian menggunjing antara satu dengan yang lain, apakah diantara kalian suka makan daging saudaranya yang mati? Pasti kamu merasa jijik melakukannya" (Surat Al-Hujurat ayat 12). Nabi SAW bersabda : "Barangsiapa yang melempar gunjingan dengan niat mencela, maka besok di hari kiamat, Allah akan menempatkan pada jembatan neraka Jahannam sampai dia keluar dari apa yang diucapkan".
Maksud menggunjing adalah mengucapkan orang mengenai kekurangan tubuhnya, keturunan, perbuatan, perkataan, agama, dunianya, pakaiannya, surban dan kendaraannya. Sampai-sampai ulama salaf berkata bhw "Andaikan kamu mengatakan terhadap si fulan pakaiannya kepanjangan atau kependekan, itupun disebut menggunjing, apalagi ucapanmu terhadap sesuatu yang dibenci dari tubuhnya".
Sebuah riwayat menceriterakan bahwa ada seorang wanita pendek datang kepada Nabi SAW untuk menyampaikan maksudnya. Dan setelah keluar, Aisyah ra berkata : "Alangkah pendeknya dia". Kemudian Nabi SAW bersabda : "Takutlah akan penggunjingan, sebab disana ada tiga macam bencana karena menggunjing, yaitu (1) tidak dikabulkan doa si penggunjing, (2) tidak diterima kebajikannya, (3) kejahatan dalam dirinya bertumpuk-tumpuk".

Rosulullah SAW bersabda “Takutlah kalian semua akan penipuan, sebab penipuan adalah dosa yg tidak terampuni. Barangsiapa yg menipu terhadap sesuatu dan memakan barang riba, maka kelak di hari kiamat akan dibangkitkan sebagai orang gila”.

Rosulullah SAW pernah ditanya mengenai makna firman Allah SWT “yauma yunfakhu fiish shuuri fataatuuna afwijaan”, artinya “Hari (yang pada waktu itu) ditiup Sangkakala, lalu kamu datang berkelompok-kelompok yaitu kelompok yang keduabelas mereka berkumpul dalam bentuk babi hutan (celeng) yaitu orang-orang yang suka memakan barang riba, seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Surat Ali Imran ayat 130, bhw “Janganlah kamu memakan riba dengan berlipatganda”.
Riba menurut bahasa artinya lebih atau bertambah, sedangkan menurut syara’ artinya pertambahan atau kelebihan salah satu dari dua barang sejenis yang dipertukarkan tanpa ada imbalan atas kelebihan itu, misalnya seseorang meminjamkan uang dengan syarrat diberi bunga yang berlipat ganda ketika barang itu dibayarkan/dikembalikan. Perhatikan firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 275, “Allah menghalalkan jual beli, tetapi mengharamkan riba”. Jadi jelaslah bahwa riba itu hukumnya haram dan dilarang oleh Allah SWT. Riwayat Imam Ahmad dan Imam Thabrani bahwa Rosulullah SAW bersabda, “Seorang lelaki yang makan riba dan dia mengerti tentang itu, maka dosanya lebih berat daripada berzina 36 kali”.
Riwayat Imam Thabrani bhw Rosulullah SAW bersabda, : “Takutlah kalian semua akan penipuan, sebab penipuan adalah dosa yang tidak terampuni. Barangsiapa yang menipu terhadap sesuatu dan memakan barang riba, maka kelak di hari kiamat akan dibangkitkan sebagai orang gila..., kemudian beliau membaca ayat 275 dari Surat Al-Baqarah “Orang-orang yang memakan barang riba tiada akan berdiri kecuali seperti berdirinya orang yang dibanting syetan, karena gila.....”.
Para ulama membagi riba itu ada empat macam, yaitu (1) Riba fadli, dimana penukaran barang yang sejenis yang tidak sama ukurannya, contohnya satu kilogram beras ditukar dengan setengah kilogram beras, padahal warna dan mutunya sama, (2) Riba qordi, dimana utang piutang dg syarat ada keuntungan atas bunga bagi yang mengutangi, contohnya utang sebesar 50 ribu rupiah haarus dikembalikan sebesar 55 ribu rupiah, (3) Riba yad, yaitu meninggalkan tempat akad jual beli sebelum serah terima, contohnya seseorang membeli 50 kilogram gula setelah uang dibayar dan si penjual pergi, sedangkan gula yang ditinggalkan itu belum ditimbang cukup atau tidak (jual beli semacam ini belum benar-benar diserahterimakan), (4) Riba nasai, yaitu pertukaran barang disyaratkan terlambat salah satu dari dua barang itu, tegasnya melebihi pembayaran barang yang dipertukarkan, diperjualbelikan atau dihutangkan karena diakhirkan/dilambatkan waktu pembayarannya baik yang sama jenisnya maupun yang tidak (ajaran Islam dlm jual beli barang harus diserahterimakan, tidak boleh membeli barang sementara barangnya belum ada atau samar, apalagi fiktif).
Syarat menjual sesuatu barang agar tidak menjadi riba, yaitu (1) menjual emas dengan emas, perak dengan perak, makan dengan makanan yang sejenis, hanya dilakukan dengan tiga syarat : (a) serupa timbangan atau banyaknya (b) tunai, dan (c) timbangan dalam akad sebelum meninggalkan tempat akadnya, (2) menjual emas dengan emas, perak dengan perak, makanan dengan makanan yang berlainan jenis. Hanya dilakukan dengan syarat : (a) tunai, dan (b) timbangan terima dalam akad sebelum meninggalkan tempat akadnya.

Sial atau rugi itu bersumber pada perbuatan dosa atau keimanan yang ternodai syirik. Suatu contoh, banyak orang percaya pada sebuah khurafat bahwa rumah yang berada tepat di pertigaan jalan atau “rumah tusuk sate” katanya akan membawa sial bagi keluarga penghuni rumah tersebut.

Iman kita kepada Allah SWT menuntut untuk mengimani takdir-Nya, sebagaimana yang disabdakan Rosulullah SAW “Ketahuilah, bahwa segala apa yang menimpamu, ia tidak mungkin akan meleset dari kamu. Dan segala apa yang meleset dari kamu, tidak mungkin akan menimpamu. Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat. Dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah mengering”.
Keyakinan atas sabda Rosulullah SAW tersebut menjadikan seseorang tidak mempercayai khurafat yang banyak orang mempercayai bahwa rumah yang berada tepat di pertigaan jalan atau “rumah tusuk sate” katanya akan membawa sial bagi keluarga penghuni rumah tersebut. Dan khurafat ini, tampaknya didukung dengan banyaknya kenyataan “sial” atau ada peristiwa bencana yang dihubung-hubungkan dengan tempat tersebut. Bahkan ada orang yang benar-benar yakin dengan “katanya” ini, yaitu menjual rumahnya dengan harga yang murah. Bila anda mempunyai rumah yang tusuk sate tersebut, hendaknya membentengi diri dengan doa perlindungan atau dasar keimanan yang kuat dalam menolak “katanya” ini. Karena banyak orang yang percaya dengan “katanya”, khurafat semacam ini sering kita dengar dari mulut ke mulut, bahkan beritanya sudah menyebar. Dan karena banyaknya “perawi katanya” dimana sumbernya dari “katanya” tetap tidak bisa dipercaya. Orang mempercayai sesuatu dari aqidah islamiyah haruslah berdasarkan pada Al-Qur’an atau hadits nabi SAW. Sedangkan “katanya” ternyata tidak pernah dijelaskan dalam ayat ataupun hadits, maka untuk menjaga kesucian iman, umat Islam wajib menolak keyakinan-keyakinan seperti itu. Bila kita tinggal di rumah yg dikatakan rumah tusuk sate atau ada penjualan rumah, kontrakan rumuh tusuk sate dg harga murah, maka kita jangan terpengaruh oleh “katanya ini”. Kita tetap berlindung kepada Allah SWT dan bertawakal kepada-Nya.
Sial atau rugi itu bersumber pada perbuatan dosa atau keimanan yang ternodai syirik. Allah SWT berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal sholeh, saling nasehat menasehati dengan kebenaran dan saling nasehat menasehati dengan kesabaran”. Dan untuk kepentingan hal khurafat di atas, sebaiknya kita tidak mengotori iman kita dengan hal-hal yang dilarang, seperti keyakinan masalah “kesialan” pada rumah tusuk sate, karena semua itu hanya “katanya”...(lagunya trio kwek-kwek kali ya...katanya..katanya..katanya?)

Wasslmkm. Wr. Wb

Sumber: http://www.facebook.com/notes/suprih-koesoemo/syirik-adalah-dosa-yang-paling-besar/113691495340416

No comments:

Post a Comment