Assalamu'alaikum.

Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog ini. Terimaksih atas kunjungannya sahabat

Semoga dapat bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, amin....
(bagi yang ingin copy and share artikel yang ada dblog ini, silahkan saja, asal cantumkan sumbernya... :)

Thursday 15 April 2010

MARI KITA PAHAMI PERIHAL TAWADHU’’ (Rendah Hati)

Bismillaahir rohmanir rohiim
Assalamu’alaykum warohmatullaahi wa barokaatu

Saudara-saudariku tersayang kekasih Baginda Rasulullah SAW…

Tidak diragukan lagi bahwa Islam mengharamkan seorang muslim takabur, dan sebaliknya Islam memerintahka...nnya untuk tawadhu’’ (rendah hati). Sebab tawadhu’’ adalah sifat terpuji secara syari’at bagi pemiliknya. Dari sini kita menemukan bahwa Allah ta’ala memerintahkan Baginda Rasulullah saw untuk tawadhu’ sebagaimana firman-Nya, “Dan berendah diri-lah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Hijr: 88).

Allah ta’ala juga memuji orang-orang yang tawadhu’’ dalam firman-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maa’idah: 54).

Sebagaimana Rasulullah saw di pertintah Allah ta’ala untuk tawadhu’’, beliau memerintahkan orang-orang yang beriman untuk tawadhu’’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Allah memerintahkan aku agar tawadhu’’, agar jangan sampai ada salah seorang yang menyombongkan diri pada orang lain, dan jangan sampai ada yang congkak pada orang lain.” (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Wahai saudara-saudariku tersayang rahiimakumullaah…

Ketika takabur adalah kebalikan tawadhu’’, maka Islam mengharamkan takabur. Juga mengharamkan orang yang melakukannya dari pelbagai nikmat dunia dan akhirat. Allah ta’ala menjelaskan kedudukan orang yang takabur dan orang yang tawadhu’’ sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya :

“Dan orang-orang yang di atas A'raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu." (Orang-orang di atas A'raaf bertanya kepada penghuni neraka): "Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?." (Kepada orang mukmin itu dikatakan):
"Masuklah ke dalam syurga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak
(pula) kamu bersedih hati.” (QS. Al-A’raaf: 48-49).

Jika seseorang takabur di dunia, maka Allah ta’ala mengharamkan dari nikmat hidayah dan nikmatnya men-tadabbur-i ayat-ayat-Nya. Dalam hal ini Allah ta’ala berfirman :

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (QS. Al-A’raaf: 146).

Ketika orang yang takabur adalah orang yang tertipu oleh nafsu dan akalnya, maka hawa nafsunya mengekangnya dan menyeretnya sesuai dengan keinginan dan kemauan setan. Ia senantiasa bersikap menentang dan menolak segala dalil dan bukti yang nyata. Hawa nafsunya telah menggelincirkan untuk menolak jalan hidayah dan kebenaran, serta membawanya untuk memilih jalan kesesatan, kesalahan dan kejahatan.

Sombong adalah sifat yang hanya berhak dimiliki oleh Allah. Tidak boleh ada satu makhluk pun yang menyaingi Allah dalam hal ini. Siapa saja yang berusaha menyaingi Allah dan merasa berhak memiliki sifat takabur, maka dia berarti merasa menjadi tuhan manusia. Ia berhak mendapatkan murka dan azab Allah.

Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah berfirman dalan hadits Qudsi, ‘Kemuliaan adalah sarung-Ku, dan sombong adalah jubah-Ku. Siapa yang menyaingi-Ku, maka Aku akan mengazabnya.” (Riyaadhush Shalihin 184 nomer 616).

Dalam Hasyiyah Riyaadhush Shaalihin dikatakan bahwa dhamir pada kata “izaaruhu” dan “ridaauhu” kembali kepada Allah untuk memberitahu. Dalam hadits ada yang dibuang, yaitu Allah berfirman,
“Siapa yang menyaingi-Ku, maka aku Akan mengazabnya.” (Hasyiyah
Riyadhush Shalihin 616).

Orang yang takabur tidak akan masuk surga, Allah ta’ala tidak akan melihatnya, dan di catat masuk dalam golongan tiran zhalim yang kejam. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak disucikan Allah, juga tidak dilihat Allah dan bagi mereka azab yang pedih, yakni orangtua bangka yang berzina, penguasa yang dusta, dan orang miskin yang sombong.” (HR. Muslim & Nasa’i).

Dari Abu Salamah Abdurrahman bin Auf bahwa Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Amru ibnul-Ash bertemu di Marwa. Keduanya lalu berbincang-bincang, Abdullah bin Amru lalu pergi dan tinggallah Abdullah bin Umar menangis. Kemudian ada seorang lelaki berkata padanya, “Apa yang menyebabkan kamu menangis, hai Abu Abdurrahman?” Abdullah bin Umar
menjawab, “Orang itu (maksudnya Abdullah bin Amru) merasa mendengar
Rasulullah bersabda, ‘Siapa yang di dalam hatinya ada satu dzarrah rasa
takabur, maka Allah akan memasukkan wajahnya ke dalam neraka.” (HR.
Ahmad).

Duhai saudara-saudariku tersayang nan senatiasa berusaha untuk tawadhu’…

Yakinlah bahwa tawadhu’ akan membuat pemiliknya mulia dan tinggi derajatnya di mata Allah, begitu juga di mata manusia. Manusia membenci orang yang takabur dan menyukai orang-orang yang tawadhu’. Sebab orang yang tawadhu’ dan rendah hati selalu bisa membaur secara baik dengan orang banyak. Mereka adalah temannya, dan senantiasa kehilangan dan rindu bila sahabat yang tawadhu’ ini tak berada di dekat mereka.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Allah tidak menambahi seseorang yang memberi maaf kecuali kemuliaan dan seseorang yang tawadhu’ pasti di
angkat oleh Allah.” (HR. Muslim & Tirmidzi).

Dalam Hasyiyah Targhib wat Targhib dijelaskan bahwa setiap manusia berada di tangan Allah. Jika memperlihatkan kehalusan dan tidak takabur, maka Allah akan menambahkan kemuliaan dan kehormatan. Jika tidak, maka Allah akan menurunkannya beberapa derajat dan merendahkannya. (Hasyiyah at-Targhib wat Targhib 3/561).

Sungguh bahwa orang tawadhu’ akan dimuliakan oleh Allah, derajatnya di surga akan ditinggikan. Karena mereka meninggalkan kesombongan dan jauh dari keangkuhan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk
orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang
bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 83).

Dalam tawadhu’ ada kebaikan dunia dan akhirat. Jika manusia menetapkannya di dunia, maka persinggungan di antara mereka tidak akan terjadi. Mereka juga akan beristirahat dari lelahnya persaingan materi dan kompetisi membanggakan diri.

Subhanallah… Tidakkah engkau menginginkanya…???

Allahumma robbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanah, wa fil aakhiroti hasanah, wa qinaa ‘adzaaban naar.



Billahit-taufiq wal-hidayah,
Wassalamu’alaykum
wr.wb.
~Jeanny Dive~
(Posting By : MAD Team)

Sumber: Rahasia Ketajaman Mata Hati

No comments:

Post a Comment