Assalamu'alaikum.

Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog ini. Terimaksih atas kunjungannya sahabat

Semoga dapat bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, amin....
(bagi yang ingin copy and share artikel yang ada dblog ini, silahkan saja, asal cantumkan sumbernya... :)

Monday 26 April 2010

Bersatu dan Berpisah Karena Allah

Penulis Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Al-Atsari Lc

Kondisi umat Islam yang berpecah sering memunculkan keprihatinan. Dari beberapa tokoh Islam sering muncul ajakan agar semua kelompok bersatu dalam satu wadah tidak perlu mempermasalahkan perbedaan yang ada karena yang penting tujuan sama yaitu memajukan Islam. Mungkinkah umat Islam bersatu dan bagaimana caranya?

Persatuan dan perpecahan merupakan dua kata yg saling berlawanan. Persatuan identik dengan keutuhan persaudaraan kesepakatan dan perkumpulan. Sedangkan perpecahan identik dengan perselisihan permusuhan pertentangan dan perceraian.

Persatuan merupakan perkara yang diridhai dan diperintahkan oleh Allah sedangkan perpecahan merupakan perkara yang dibenci dan dilarang oleh-Nya.

Allah subhanahu wa- ta’ala berfirman:
“Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah kalian bercerai berai.”
Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah telah memerintahkan kepada mereka untuk bersatu dan melarang mereka dari perpecahan. dalam banyak hadits juga terdapat larangan dari perpecahan dan perintah uatuk bersatu dan berkumpul.”

Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah berkata: “Sesungguh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan kepada kita satu jalan yang wajib ditempuh oleh seluruh kaum muslimin yang merupakan jalan yang lurus dan manhaj bagi agama-Nya yang benar ini.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan bahwasa ini adalah jalanku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu Allah perintahkan kepada kalian agar kalian bertaqwa.” .

Sebagaimana pula Dia telah melarang umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari perpecahan dan perselisihan pendapat karena yang demikian itu merupakan sebab terbesar dari kegagalan dan merupakan kemenangan bagi musuh.

Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah kalian bercerai berai.”

Dan firman-Nya ta’ala:
Dia telah mensyariatkan bagi kalian tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim Musa dan ‘Isa yaitu: ‘Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah belah tentangnya’. Amat berat bagi orang musyrik agama yang kalian seru mereka kepada-Nya.” .

Asas dan Hakekat Persatuan

Asas bagi persatuan yg diridhai dan diperintahkan oleh Allah bukanlah kesukuan organisasi kelompok daerah partai dan lain sebagainya. Akan tetapi asas adalah: Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pemahaman As-Salafush Shalih. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah kalian bercerai berai.”
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Allah subhanahu wa ta’ala mewajibkan kepada kita agar berpegang teguh dengan Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya serta merujuk kepada kedua di saat terjadi perselisihan. Ia memerintahkan kepada kita agar bersatu di atas Al Qur’an dan As Sunnah secara keyakinan dan amalan itulah sebab keselarasan kata dan bersatu apa yang tercerai-berai yang dengan akan teraih maslahat dunia dan agama serta selamat dari perselisihan”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Sebagaimana tidak ada generasi yang lebih sempurna dari generasi para shahabat maka tidak ada pula kelompok setelah mereka yang lebih sempurna dari para pengikut mereka. maka dari itu siapa saja yang lebih kuat dalam mengikuti hadits Rasulullah dan Sunnah serta jejak para shahabat maka ia lebih sempurna. Kelompok yang seperti ini keadaan akan lebih utama dalam hal persatuan petunjuk berpegang teguh dengan tali Allah dan lebih terjauhkan dari perpecahan perselisihan dan fitnah. Dan siapa saja yg menyimpang jauh dari itu maka ia akan lebih jauh dari rahmat Allah dan lebih terjerumus ke dalam fitnah.”

Oleh krn itu walaupun berbeda-beda wadah organisasi yayasan dan semacam namun dengan syarat “tak fanatik dengan ‘wadah’- dan berada di atas satu manhaj” berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pemahaman para shahabat maka ia tetap dinyatakan dalam koridor persatuan dan bukan bagian dari perpecahan.

Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah berkata: “Tidak masalah jika mereka berkelompok-kelompok di atas jalan ini satu kelompok di Ib dan satu kelompok di Shan’a akan tetapi semua berada di atas manhaj salaf mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah berdakwah di jalan Allah dan ber-intisab kepada Ahlus Sunnah Wal Jamaah tanpa ada sikap fanatik terhadap kelompoknya. Yang demikian ini tidak mengapa walaupun berkelompok-kelompok asalkan satu tujuan dan satu jalan .” .

Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata: “Bila kita anggap bahwa di negeri-negeri kaum muslimin terdapat kelompok-kelompok yang berada di atas manhaj ini maka tidak termasuk kelompok-kelompok perpecahan. Sungguh ia adalah satu jamaah manhaj satu dan jalan pun satu. maka terpisah-pisah mereka di suatu negeri bukanlah karena perbedaan pemikiran aqidah dan manhaj akan tetapi semata perbedaan letak/tempat di negeri-negeri tersebut. Hal ini berbeda dengan kelompok-kelompok dan golongan-golongan yang ada yang mereka itu berada di satu negeri namun masing-masing merasa bangga dengan apa yang ada pada golongannya.” .

Dengan demikian kita bisa menyimpulkan bahwa bila suatu persatuan berasaskan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pemahaman para shahabat maka itulah sesungguh hakekat persatuan yang diridhai dan diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala walaupun terpisahkan oleh tempat.

Bahaya Perpecahan


Bila kita telah mengetahui bahwa hakekat persatuan yang diridhai dan diperintahkan oleh Allah adalah yang berasaskan Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman As-Salafush Shalih maka bagaimana dengan firqah-firqah yang ada di masyarakat kaum muslimin yang masing-masing berpegang dengan prinsip dan aturan kelompok saling bangga satu atas yang lain loyalitas dibangun di atas kungkungan ikatan kelompok apakah sebagai embrio persatuan umat ataukah sebagai wujud perpecahan umat?
Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah berkata: “Tidak diragukan lagi bahwa banyak firqah dan jamaah di masyarakat kaum muslimin merupakan sesuatu yang diupayakan oleh setan dan musuh-musuh Islam dari kalangan manusia.” .

Beliau juga berkata: “Adapun berkelompok untuk Ikhwanul Muslimin atau Jama’ah Tabligh atau demikian dan demikian kami tidak menasehatkan ini salah! Akan tetapi kami nasehatkan mereka semua agar menjadi satu golongan satu kelompok saling berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran serta bersandar kepada Ahlus Sunnah Wal Jamaah.” .

Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata: “Tidaklah asing bagi tiap muslim yang memahami Al Qur’an dan As Sunnah serta manhaj As-Salafush Shalih bahwasa bergolong-golongan bukan dari ajaran Islam bahkan termasuk yang dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala dlm banyak ayat dari Al Qur’anul Karim di antara firman Allah subhanahu wa ta’ala:

“Dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” .(Fataawa Asy-Syaikh Al-Albani karya ‘Ukasyah Abdul Mannan hal. 106 dinukil dari Jama’ah Wahidah Laa Jama’at hal. 178)

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Dan tidak diragukan lagi bahwa kelompok-kelompok ini menyelisihi apa yang telah diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bahkan menyelisihi apa yang selalu dihimbau dalam firman-Nya:
“Sesungguh ini adalah agama kalian semua agama yang satu dan Aku adalah Tuhan kalian maka bertakwalah kepada-Ku.”

Lebih-lebih tatkala kita melihat akibat dari perpecahan dan bergolong-golongan ini di mana tiap-tiap golongan mengklaim yang lain dengan kejelekan cercaan dan kefasikan bahkan bisa lebih dari itu. Oleh karena itu saya memandang bahwa bergolong-golongan ini adalah perbuatan yang salah.” .
Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan berkata: “Agama kita adalah agama persatuan dan perpecahan bukanlah dari agama. maka berbilang jamaah-jamaah ini bukanlah dari ajaran agama karena agama memerintahkan kepada kita agar menjadi satu jamaah.” .

Beliau juga berkata: “ Akhir-akhir ini muncul kelompok-kelompok yang disandarkan kepada dakwah dan bergerak di bawah kepemimpinan yang khusus masing-masing kelompok membuat manhaj tersendiri yang akhirnya mengakibatkan perpecahan perselisihan dan pertentangan di antara mereka yang tentu ini dibenci oleh agama dan terlarang di dalam Al Qur’an dan As Sunnah.” .
Bukankah mereka juga berpegang dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah? Demikian terkadang letupan hati berbunyi.

Asy-Syaikh Shalih bin Sa’ad As-Suhaimi berkata: “Jika benar apa yang dinyatakan oleh kelompok-kelompok yang amat banyak ini bahwa mereka berpegang dengan Al Qur’an dan As Sunnah niscaya mereka tidak akan berpecah belah karena kebenaran itu hanya satu dan berbilang mereka merupakan bukti yang kuat atas perselisihan di antara mereka suatu perselisihan yang muncul dikarenakan masing-masing kelompok berpegang dengan prinsip yang berbeda dengan kelompok lainnya. Tatkala keadaan demikian pasti terjadi perselisihan perpecahan dan permusuhan.”

Pertanyaan Penting:


1. Bagaimanakah masuk menjadi anggota kelompok-kelompok yang ada dengan tujuan ingin memperbaiki dari dalam ?

Asy-Syaikh Abdul ‘Azis bin Baaz rahimahullah berkata: “Adapun berkunjung untuk mendamaikan di antara mereka mengajak dan mengarahkan kepada kebaikan dan menasehati mereka dengan tetap berpijak di atas jalan Ahlus Sunnah Wal Jamaah maka tidak apa-apa. Adapun menjadi anggota mereka maka tidak boleh. Dan jika mengunjungi Ikhwanul Muslimin atau Firqah Tabligh dan menasehati mereka karen Allah seraya berkata: ‘Tinggalkanlah oleh kalian fanatisme wajib bagi kalian Al Qur’an dan As Sunnah berpegang teguhlah dengan keduanya bergabunglah kalian bersama orang-orang yang baik tinggalkanlah perpecahan dan perselisihan’ maka ini adalah nasehat yang baik.”



2. Bukankah dengan ada peringatan terhadap kelompok-kelompok yang ada dan para tokoh justru semakin membuat perpecahan dan tidak akan terwujud persatuan?

Asy-Syaikh Hamd bin Ibrahim Al-‘Utsman berkata: “Kebanyakan orang-orang awam dari kaum muslimin kebingungan dalam permasalahan ini mereka mengatakan: ‘Mengapa sesama ulama kok saling memperingatkan satu dari yang lain?!’ Di kalangan terpelajar pun demikian mereka meminta agar bantahan dan peringatan terhadap orang-orang yang salah dan ahlulbid’ah dihentikan demi terwujud persatuan dan kesatuan umat. Mereka tidak mengetahui bahwa bid’ah-bid’ah kesalahan-kesalahan dan jalan yang berbeda-beda justru merupakan faktor utama penyebab perpecahan dan faktor utama yang dapat mengeluarkan manusia dari jalan yang lurus. Dengan tetap ada jalan-jalan yang menyimpang itu tidak akan terwujud persatuan selama-lamanya.”



Nasehat dan Ajakan

Asy-Syaikh ‘Ubaid bin Abdullah Al-Jabiri berkata: “Tidak ada solusi dari perpecahan tercabik-cabik kekuatan dan rapuh barisan kecuali dengan dua perkara:

Pertama: Menanggalkan segala macam bentuk penyandaran yang dibangun di atas ikatan kelompok-kelompok nan sempit yang dapat menimbulkan perpecahan dan permusuhan.

Kedua: Kembali kepada jamaah Salafiyyah karena sesungguh dia adalah ajaran yang lurus dan cahaya putih yang terang benderang malam sama dengan siang tidaklah ada yang tersesat dari kecuali orang-orang yang binasa. Dia adalah Al-Firqatun Najiyah dan At-Thaifah Al-Manshurah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: ‘Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan manhaj salaf berintisab dan bersandar kepada bahkan yang demikian itu disepakati dan wajib diterima karena manhaj salaf pasti benar..’.” .

Sungguh benar apa yang dinasehatkan oleh Asy-Syaikh ‘Ubaid bin Abdullah Al-Jabiri karena As-Salafiyyah tidaklah sama dengan kelompok-kelompok yang ada. As-Salafiyyah tidaklah dibatasi oleh organisasi tertentu kelompok tertentu daerah tertentu pemimpin tertentu suatu kungkungan hizbiyyah yang sempit bahkan As-Salafiyyah dibangun di atas Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pemahaman As-Salafush Shalih. Siapa pun yang berpegang teguh dengan maka ia adalah saudara walaupun dipisahkan oleh tempat dan waktu suatu ikatan suci yang dihubungkan oleh ikatan manha-manhaj yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya.

Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa menjauhkan kita semua dari perpecahan dan menyatukan kita semua di atas persatuan hakiki yang berasaskan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pemahaman As- Salafush Shalih.

Sumber: www.asysyariah.com

1 comment:

  1. Tepatnya adalah

    Penulis: Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Al-Atsari, Lc
    Judul: Bersatu dan Berpisah Karena Allah

    ReplyDelete