Assalamu'alaikum.

Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog ini. Terimaksih atas kunjungannya sahabat

Semoga dapat bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, amin....
(bagi yang ingin copy and share artikel yang ada dblog ini, silahkan saja, asal cantumkan sumbernya... :)

Monday 26 April 2010

Sukses Hingga Akhir (Motivasi)

"It's not how you start out; it's how you finish up"

Setiap kali saya merenungkan kalimat di atas, jiwa saya merasakan suatu getaran bahkan perasaan takut. Ada satu pesan penting yang terkandung dalam kalimat itu, suatu pesan yang terlalu berharga untuk kita lewatkan. Itu sebab dalam artikel kali ini saya mengajak kita untuk sama-sama merenungkannya kembali.

Bagi saya pribadi, kalimat di atas kira-kira bertutur begini:

Eloy, sadarlah bahwa yang paling penting bukan bagaimana kondisi titik awal ketika Anda memulai perjalanan menuju sebuah kesuksesan. Bahkan, bukan juga mengenai berapa besar kesuksesan yang telah Anda raih hingga detik ini. Bukan itu! Tetapi, sesungguhnya yang paling penting adalah bagaimana kondisi titik akhir daripada seluruh perjalanan hidupmu.

Masing-masing kita memulai perjalanan dari suatu titik awal. Suatu titik yang berbeda bagi setiap orang. Diantara kita ada yang memulai dari kondisi serba cukup bahkan berkelebihan. Bayangkan saja seseorang yang lahir dari orang tua yang berpendidikan tinggi serta memiliki materi lebih dari cukup. Apalagi bila ia memiliki postur tubuh dan kondisi fisik yang serba baik. Tentu saja semua itu memberikan berbagai bentuk kemudahan untuk menuju suatu titik bernama "kesuksesan".

Namun, diantara kita banyak juga yang memulai perjalanan dari titik awal dengan kondisi yang sangat terbatas. Saya pun termasuk dalam kelompok ini. Secara singkat, saya lahir sebagai bungsu dari enam bersaudara, di suatu desa yang sampai hari ini desa tersebut belum dialiri listrik dan jalan beraspal. Tidak heran bila baru pada usia sepuluh tahun saya berhasil melihat benda bernama mobil, karena pada usia itulah pertama kali saya keluar dari desa tersebut.

Pada usia masih sembilan bulan ayah saya pergi untuk selamanya. Dan karena suatu faktor, sejak saat itu berbagai macam kesulitan dan penderitaan kami alami. Saya masih ingat, waktu masih anak-anak, saya tidak pernah berpikir atau membayangkan untuk sekolah di Jakarta, apalagi sekolah di Australia selama enam tahun, apalagi menjalani profesi sebagai Motivator & Business Trainer seperti saat ini. Satu hal yang saya tahu, saya memulai dari titik awal dengan kondisi yang sangat terpuruk.

Tetapi seperti pesan dari kalimat pembuka di atas, bahwa kondisi awal bukanlah yang terpenting. Sebaliknya, pertanyaan yang membuat hati saya gemetar adalah ini:

"Ketika saya tiba pada titik akhir itu, yakni detik terakhir Tuhan memanggil, dan saya meninggalkan dunia yang sementara ini, pada saat itu, akankah Tuhan menemukan saya tengah mengerjakan yang terbaik? Akankah Tuhan menemukan saya tengah bekerja dengan seluruh potensi yang telah Ia berikan?"

Jelas, ini adalah sebuah perjuangan setiap detik, dan perlombaan sepanjang hidup. Tidak heran bila ditemukan bahwa sembilan dari sepuluh pejuang berbalik arah, menyerah pada kenikmatan sesaat dan berakhir dalam kemalangan. Maka sekali lagi mari kita ingat, bahwa bukan titik awal yang penting, melainkan titik akhir dari perjalan hidup kita masing-masing."

Templeton & Clifford
Bila Anda cukup banyak membaca, Anda pasti pernah mendengar orang bernama Billy Graham. Tetapi bagaimana dengan orang bernama Chuck Templeton dan Bron Clifford? Apakah Anda pernah mendengar nama kedua orang itu? Kemungkinan tidak pernah, karena kedua orang itu pernah berjuang dan berhasil mencapai suatu kesuksesan besar namun mengakhirinya dalam keadaan mengenaskan.

Dikisahkan bahwa pada tahun 1945, sama seperti Billy Graham, setiap kali Chuck Templeton dan Bron Clifford berkhotbah ribuan orang memadati auditorium. Ribuan orang rela mengantri berjam-jam hanya untuk mendengarkan mereka berbicara. Setiap kali mereka berbicara, mereka menyentuh hati para pendengar dan ribuan orang pun diubahkan hidupnya. Singkat kata, mereka bertiga pernah dikenal sebagai pembicara dan pengkhotbah ulung.

Namun tidak lama setelah kesuksesan itu, pada tahun 1950, Templeton meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang pengkhotbah. Ia menjadi atheis dan meninggalkan Tuhan. Demikian juga dengan Clifford, pada tahun 1954 ia kehilangan keluarganya, pekerjaanya dan kesehatannya. Perlahan-lahan Clifford bahkan kehilangan hidupnya karena kecanduan pada alkohol. Ia meninggal pada usia tiga puluh lima tahun. Ia pergi tanpa nyanyian dan tanpa penghargaan. Sungguh sebuah titik akhir yang membuat hati saya gemetar.

Mengingat yang Terhilang
Sekarang, cobalah ingat-ingat beberapa nama yang pernah Anda kenal sebagai seorang yang sangat sukses, seorang panutan, idola, atau bahkan seorang pahlawan bagi jutaan umat. Pada masa kejayaan mereka, kisah sukses orang-orang ini mungkin pernah diliput oleh berbagai media. Jutaan orang jatuh hati dan mengagumi mereka.

Namun dimanakah mereka kini? Bagaimana keadaan mereka? Apakah mereka masih memberikan pengaruh positif? Apakah mereka, setidaknya dengan sisa kejayaan masa lalu, masih berjuang? Ataukah mereka telah jatuh, hancur berkeping-keping dan berakhir dalam keputus-asaan?

Bagaimana dengan diri Anda sendiri? Mari merenung, dan mari menjawab dengan jujur, karena kalau kita sudah tidak lagi mampu jujur pada diri sendiri, lalu apa yang dapat kita perbaiki dari diri ini? Untuk mambantu Anda merenung, mohon jawab pertanyaan sederhana ini:

Bila selama satu bulan ini seluruh kisah hidup Anda dibongkar di hadapan publik, ditayangkan di layar TV dan media lain, akankah dunia menyaksikan seorang yang lurus hatinya?

Setelah seluruh isi pikiran dan tindakan Anda ditampilkan di hadapan semua orang, akankah Anda sendiri, bersama seluruh keluarga dan para sahabat berjalan mengelilingi kota dalam keadaan bangga, atau dalam keadaan malu dan kepala tertunduk?

Jangan-jangan, segala kejahatan dan kebejatan kita, apakah itu perselingkuhan atau korupsi yang kita lakukan, ternyata hanya menunggu waktu untuk matang, lalu ia keluar dari persembunyian dan menari di hadapan khalayak banyak. Wah, betapa mengerikan ketika hari seperti itu benar-benar datang!

Karena itu, sekali lagi, mari kita sadari dengan sungguh-sungguh bahwa yang paling penting bukan bagaimana kondisi titik awal ketika kita memulai perjalanan menuju sebuah kesuksesan. Bahkan, bukan juga mengenai berapa besar kesuksesan yang telah kita raih hingga detik ini. Bukan itu! Tetapi, sesungguhnya yang paling penting adalah bagaimana kondisi titik akhir daripada seluruh perjalanan hidup kita masing-masing.

Ketika seluruh isi pikiran dan tindakan kita ditampilkan di hadapan umum, akankah mereka menemukan seorang yang jujur dan lurus hati? Semoga!


Sukses untuk kita semua. Karena apabila orang lain mampu dan bisa berarti Aku Pasti bisa..............

Sumber: Afdoal Al Bimani untuk Anggota Aku Pasti Bisa

No comments:

Post a Comment