Assalamu'alaikum.

Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog ini. Terimaksih atas kunjungannya sahabat

Semoga dapat bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, amin....
(bagi yang ingin copy and share artikel yang ada dblog ini, silahkan saja, asal cantumkan sumbernya... :)

Monday 26 April 2010

SADARI KEKHILAFAN DIRI

Oleh: Ustad. Anwar Anshori Mahdum
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang yang telah di perbuatnya untuk hari esok (akhirat). dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". ... See More
Qs. Al-Hasyr [59]:18

Sahabat, ketika cahaya kesadaran datang menghampiri, terasa begitu dalam sesal yang menggumpal di dalam diri. Teringat akan lembaran masa lalu yang kelam, tentang orang-orang yang pernah kita sakiti, tentang prilaku diri yang begitu sering melakukan kekhilafan, tentang bhakti kepada kedua orang tua yang belum kita sempurnakan, tentang cela dan aib diri yang belum sempat kita mohonkan ampunan dan tentang rangkaian perjalanan hidup yang seringkali diselimuti oleh dusta dan kebencian. Telah begitu panjang perjalanan yang kita lalui, tanpa kita sadari, telah begitu banyak kita menorehkan tinta hitam dalam sejarah kehidupan kita. Astaghfirullah, itulah kalimat yang seharusnya kerap kita ungkapkan, atas kekeliruan hati yang salah dalam memanfaatkan kehidupan.

Ketahuilah sahabat, noda hitam (dosa) yang kita biarkan melekat pada cermin hati kita, ia akan sulit untuk dibersihkan. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya apabila seorang mukmin melakukan dosa, maka dalam hatinya terdapat satu noda hitam. Dan apabila ia bertaubat (kembali ke jalan lurus) dan beristighfar. Noda hitam itu terhapus dari hatinya. Namun apabila dosa itu bertambah, maka noda hitampun bertambah hingga menutupi hatinya.” (Hr.Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

Sungguh..kalaulah kita mau jujur terhadap diri ini, betapa sedikit ketaatan kita kepada-Nya dan begitu sering kita mengkhianati segala kenikmatan yang di berikan-Nya. Tampaknya, kita harus bertanya kepada diri ini, kenapa hati begitu keras membatu, hingga kebenaran tak jua menyatu. Kenapa diri ini begitu bodoh dan tak jua menyadari, padahal, begitu nampak didepan kita hamparan kemaha besaran Allah yang tak tertandingi oleh apapun. Rasanya tak pantas diri ini selalu mengharap kebaikan, dimana saat yang lain begitu sering kita tampakkan kejelekan. Rasanya tak pastas kita mengharapkan ampunan, sementara pada saat yang sama kita melakukan kemaksiatan. Rasanya tak pantas kita menjadi hamba pilihan, karena segala perintah dan larangan tak jua tergerak untuk kita laksanakan.

Sahabat, Setiap tapak kaki kita yang tertinggal sesungguhnya adalah saksi dari perjalanan hari-hari. Hanya orang yang bodoh yang membiarkan hari-harinya tersia-siakan dengan kebathilan, hanya orang yang jahil yang membiarkan waktu hidupnya tercampakan dengan kelengahan dan merugilah keduanya karena kesempatan yang diberikan Allah tak dimanfaatkan untuk kebaikan. Kita sering mengira, bahwa kita telah melakukan kebaikan. Mungkin selama ini kita menduga, bahwa kita telah sempurna melakukan ketaatan, merasa sudah begitu banyak menjalankan kebaikan. Tetapi ternyata, semua itu hanyalah fatamorgana. Nampak begitu baik dalam persangkaan kita, ternyata begitu buruk dalam pandangan Allah. Kenapa demikian, karena ketaatan yang kita kerjakan hanyalah sekedar menginginkan pujian dan kebaikan yang kita tunjukan tidak diringi dengan keikhlasan.

Umar Ibn Khattab pernah memberi nasehat; “Hisablah diri kalian sebelum dihisab, timbanglah diri kalian sebelum ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk pertunjukan yang agung (hari kiamat), dihari itu kamu dihadapkan kepada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal perbuatan kita barang satupun”. Sahabat, marilah kita bangun sesuatu yang telah kita robohkan, bersihkan aqidah kita yang telah tercemar dengan kemusyrikan. Jernihkan niat dan tekad yang telah kita keruhkan dengan ketidak ikhlasan. Manfaatkan kesempatan hidup ini selagi masih terbuka pintu harapan Bukalah gerbang kesadaran agar tersibak pintu rahmat dan ampunan. Berbuat baiklah selagi masih punya kesempatan dan bertaubatlah kepada Allah sebelum azal datang menjelang. Tegurlah hati kita yang sedang terlena, agar tidak jatuh terjerat oleh rayuan dunia yang fana. Tegurlah jiwa kita yang gelisah dan goyah, agar tetap menjadi hamba yang mulia.

Sadarilah sahabat, terkadang jiwa kita selalu cenderung pada kelezatan yang sesaat, maka didiklah ia dengan baik agar selalu taat. Temukan jalan kita diantara sekian banyak jalan yang telah membelokkan tujuan hidup kita. Mohonlah selalu hanya kepada Allah agar ditetapkan iman dan Islam kita, sebab itulah jalan yang akan membawa keselamatan dunia dan akhirat.Temukan jalan kita dengan berusaha memahami siapa, dari mana dan mau kemana kita hidup. Ajukan pertanyaan ini kepada bathin kita ini dengan khusu’, Insya Allah kita akan menemukan jawaban itu dengan kejernihan pikiran.

Penting untuk kita renungkan nasehat yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim dalam al-fawaid, dia memberi nasehat kepada kita: “Jika pada pagi dan sore hari seorang hmba perhatiannya hanya kapada Allah saja, maka Allah akan menjamin seluruh kebutuhannya dan menanggung semua apa yang di cita-citakannya. Allah juga akan mengosongkan hatinya untuk Ia isi dengan mahabbah-Nya dan menjauhkan lidahnya dari menyebut selain Allah untuk kemudian Ia hiasi dengan zikir kepada-Nya, serta memelihara anggota badannya dari kemaksiatan, sehingga ia bergegas untuk mentaati-Nya. sebaliknya, jika sepanjang hari perhatian dan kecenderungan kita hanya kepada dunia, maka Allah akan menimpakan berbagai kesusahan dan kedukaan padanya dan akan menyerahkan persoalannya kepada dirinya sehingga jiwanya hampa daro mahabbah kepada Allah. Lidahnya sibuk dengan menyebut-nyebut selalin Dia dan anggota badannya berat untuk melakukan ketaatan kepada-Nya. Ia akan letih akan letih melayani dunia dan tidak bisa memberi manfaat kepada yang lain. Dengan kata laian, orang yang menolak beribadah kepada Allah dan tidak mencintai-Nya, maka ia akan terjebak kedalam penyembahan dan penghambaan kepada makhluk dan dijadikan oelh Allah sibuk berkhidmat kepada selain-Nya. Allah berfirman:

"Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang maha pemurah (al-Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang meyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya" (az-Zukhruf:38).

Maha suci Allah…yang memahami segala aib yang tersembuyi, yang maha penerima taubat orang-orang yang tersesat. Tiada pujian yang pantas kita berikan membandingi pujian kepada-Nya. Semoga Allah menghunjamkan kesadaran dihati kita untuk menyadari kekeliruan, mengampuni setiap kemaksiatan. Bersyukur kepada-Nya yang telah menciptakan kita dengan kemuliaan dan kesempurnan. Semoga Allah swt membimbing kita pada jalan yang dirdhoi-Nya, menjauhkan pada jalan yang di murkai-Nya.

Sumber: http://www.facebook.com/notes/al-ukhuwah-wal-ishlah/sadari-kekhilafan-diri/114031015297794

No comments:

Post a Comment