Assalamu'alaikum.

Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog ini. Terimaksih atas kunjungannya sahabat

Semoga dapat bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, amin....
(bagi yang ingin copy and share artikel yang ada dblog ini, silahkan saja, asal cantumkan sumbernya... :)

Thursday 15 April 2010

AWAS CANDU "DUSTA"...!!!!

Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Dusta :

• Tipisnya rasa takut kepada Allah Ta'ala.
• Usaha memutarbalikkan fakta dengan berbagai motifnya; baik untuk melariskan barang dagangan, melipatganda-kan keuntungan atau yang lain.
• Mencari perhatian, seperti ikut dalam seminar dan diskusi dengan membawakan trik-trik dan kisah-kisah bohong menarik supaya para peserta terpesona.
• Tiadanya rasa tanggung jawab dan berusaha lari dari kenyataan hidup.
• Kebiasaan berdusta sejak kecil, baik karena pengaruh kebiasaan orang tua atau lingkungan tempat tinggalnya.
• Merasa bangga dengan kebohong-annya, karena ia menganggap kebohongan itu suatu kecerdikan, kecepatan daya nalar dan perbuatan baik.

Dusta dalam Kenyataan Sehari-hari yang Harus Dihindari :

• Ungkapan seseorang: "Telah saya katakan kepadamu seribu kali, masa belum paham juga." Ungkapan di atas tidak menunjukkan jumlah bilangannya, tetapi untuk menguatkan maksud. Jika ia hanya mengatakannya sekali, maka ia telah berdusta. Tetapi jika ia mengatakannya berkali-kali walaupun belum sampai hitungan seribu kali, maka ia tidak berdosa.

Contoh lain, seseorang berkata kepada temannya: "Silakan dimakan," lalu dijawab: "Terimakasih, saya sudah kenyang atau saya tidak bernafsu."
Hal-hal semacam itu dilarang (haram) jika tidak mengandung tujuan yang benar.
Ahli wira'i (orang-orang yang senantiasa memelihara dirinya dari unsur haram) sangat membenci basa-basi semacam ini.

• Berdusta dalam memberitakan mimpi, padahal dosanya besar sekali. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

"Sesungguhnya di antara kebohongan terbesar adalah seseorang yang mengaku (bernasab) kepada selain bapaknya, atau bercerita tentang mimpi yang tak pernah ia lihat, serta meriwayatkan atas Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sesuatu yang tidak pernah beliau katakan." (HR. Al Bukhari)

• Mengelabuhi anak kecil dengan memanggilnya untuk diberi sesuatu, padahal ia tidak memiliki apa-apa.

Misalnya, seseorang berkata: "Nak kemari, bantu bapak ya, nanti bapak kasih duit," tetapi kemudian ia tidak memberinya apa-apa.

• Menceritakan segala hal yang ia dengar.

"Cukuplah seseorang disebut pendusta, jika ia menceritakan segala hal yang ia dengar." (HR. Muslim)
Padahal sangat mungkin terjadi kekeliruan dalam pemberitaannya, karena ia tidak mengecek terlebih dahulu, tapi biasanya ia berdalih: "Ini berdasarkan yang saya dengar."
Bagaimana jika berita itu tentang tuduhan zina? Apa ia tetap menyebarluaskannya tanpa bukti yang nyata? Adakah di antara kita rela didakwa zina semacam ini?

• Berkata atau bercerita bohong yang lucu, agar massa pendengarnya tertawa.

"Neraka Wail (kehancuran) bagi orang yang berbicara kemudian berdusta supaya pendengarnya tertawa. Wail baginya, sungguh Wail sangat pantas baginya." (HR. Bazzar)

Terapi Penyembuhan Penyakit DUSTAi :

Jika Anda ingin mengerti keburukan sifat dusta dari dirimu sendiri, maka perhatikan kebohongan orang lain, niscaya Anda membencinya, merendahkan dan mengecamnya. Setiap muslim wajib memperbaharui taubat dirinya dari segala dosa dan kesalahan. Demikian pula ia wajib mencari dan me-melihara berbagai macam sebab yang bisa membantunya dalam meninggalkan dan menjauhi sifat yang tidak terpuji ini.

Di antara sebab-sebab tersebut adalah:

1. Pengetahuan sang pelaku tentang keharaman dusta, siksanya yang berat dan selalu mengingat dalam setiap hendak berbicara.

2. Membiasakan diri dalam memikul tanggung jawab dalam segala hal yang benar dan berbicara jujur, apapun resikonya.

3. Memelihara kata-katanya dan senantiasa mengoreksinya.

4. Mengubah tempat-tempat membual menjadi tempat-tempat ibadah, dzikir dan mempelajari ilmu.

5. Hendaknya para pembual tahu, mereka telah menyandang salah satu sifat orang-orang munafik karena dustanya.

6. Hendaknya mereka juga memahami, dusta merupakan jalan menuju kemungkaran yang nantinya bermuara di Neraka, sedangkan jujur menuntun pelakunya ke Surga.

7. Hendaknya ia mendidik anak-anaknya secara Islami dan benar, mambiasakanmereka selalu jujur di setiap ucapan dan tindakannya serta senantiasa jujur di hadapan mereka.

8. Hendaknya ia mengerti, kepercayaan relasinya akan berkurang karena kebohongan-kebohongannya, bahkan bisa luntur sama sekali.

9. Hendaknya ia memahami, kebohongannya itu sangat membahayakan orang lain.

Akhirnya hanya kepada Allah Ta'ala kita memohon agar kita dijauhkan dari sifat tercela ini, sehingga kita termasuk golongan hamba-hambaNya yang selalu bersikap jujur dalam segala situasi dan kondisi. Amien...........

Sumber: Kitab Al Kadzib,
Karya: Syaikh Abdul Malik Qashim (bit tasharruf wa ziyadah, AM. Afkar/alsofwah)

Smoga bermanfaat.......

Sumber: Catatan Rasdiana Abdul Aziz
http://www.facebook.com/notes/rasdiana-abdul-aziz/-awas-candu-dusta-/383417727351

No comments:

Post a Comment