Assalamu'alaikum.

Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog ini. Terimaksih atas kunjungannya sahabat

Semoga dapat bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, amin....
(bagi yang ingin copy and share artikel yang ada dblog ini, silahkan saja, asal cantumkan sumbernya... :)

Tuesday 8 June 2010

PENGARUH IBADAH PADA PEMBENTUKAN PRIBADI

Salah satu keistimewaan nilai-nilai ibadah Islamiyah adalah mempunyai pengaruh yang dapat mewarnai berbagai aspek dan corak kehidupan manusia.

Ibadah pokok agama Islam, yaitu sholat, puasa, zakat dan haji tidaklah semata-mata untuk mendekatkan hubungan manusia kepada Allah SWT, namun ada pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi untuk meningkatkan akhlak atau budi pekerti yang baik.

• Sholat untuk mencegah kejahatan dan kemungkaran.

Allah SWT dalam Surat Al-Ankabut ayat 45 menergaskan bahwa “Sesungguhnya sholat itu menghalangi dari (mengerjakan) perbuatan dan kemungkaran. Senantiasa mengingat Allah besar manfaatnya dan Allah SWT mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Namun, ada pertanyaan, “Bagaimana prosesnya sholat itu akan mencegah kejahatan dan kemungkaran?

Coba lihat kenyataannya banyak yang telah melakukan sholat kok kejahatan (korupsi misalnya) merajalela dan kemungkaran terjadi di mana-mana?

Sudah menjadi naluri dan tabiat manusia bahwa seseorang tidak akan melakukan kejahatan dan kemungkaran bila ia menyadari dengan sungguh-sungguh perbuatan itu dilarang Allah SWT, merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

Pasti ia menjauhi perbuatan-perbuatan tersebut karena takut melanggar peraturan Allah SWT dan khawatir akan akibat buruk yang ditimbulkannya.

Jika seseorang tekun dan teratur mengerjakan sholat, menghayati hikmat, nilai-nilai dan bacaan-bacaan yang diucapkan dalam sholat tentu ia melakukan sholat dengan khusyu’ dan akan membawa pengaruh kepada jiwa dan sikap hidupnya.

Semua bacaan sholat itu mempunyai pengaruh psikologis ke dalam jiwanya, meresap ke dalam hati nuraninya, dan pasti mempengaruhi sikap hidupnya.

Adapun orang-orang yang mengerjakan sholat dalam tingkah lakunya (setelah selesai sholat) melakukan kejahatan dan kemungkaran, dia tidak diberi hidayah (petunjuk) dari Allah SWT dimana ikrar yang terkandung dalam bacaan sholat hanya dipermainkan saja, tidak diiringi dengan jeritan hati nurani dan permohonan ampunan semua kesalahan, dipelihara dari kesesatan dan lain-lain.

Beberapa ahli tafsir memerinci bentuk dan ciri-ciri perbuatan jahat menjadi lima macam, yaitu kejahatan yang dilarang oleh hukum dunia, perbuatan yang tidak dibenarkan oleh syara’ dan sunnah, sifat kikir, perbuatan zina, maksiat (Tarfsir Al-Juzy).

• Puasa itu menciptakan sifat takwa.

Takwa merupakan salah satu budi pekerti yang baik, sebagaimana Surat Al-Baqarah ayat 183, “Diwajibkan kepada kamu mengerjakan puasa sebagaimana telah diwajibkan kepada ummat-ummat yang terdahulu, supaya kamu menjadi orang yang takwa”.

Menbentuk manusia yang takwa merupakan pusat dari segala nilai-nilai kebaikan dan derajat budi pekerti yang paling tinggi.

Takwa itu terkandung semua sifat-sifat dan nilai-nilai yang baik (termasuk dalam katagori budi pekerti yang mulia) seperti jujur, setia, adil, amanah, ihsan, sopan, rendah hati, pemurah, sabar, ikhlas, dan sebagainya.

Dengan mengerjakan ibadah puasa, seorang muslim dan atau muslimat melatih diri untuk mengendalikan dan menguasai hawa nafsunya, tidak makan dan minum, tidak melakukan kehidupan seksual, dalam jangka waktu yang tertentu.

Dia sabar dan disiplin menangkis cobaan-cobaan yang menggodanya dan merasakan penderitaan kaum yang miskin dan melarat yang senantiasa merintih karena lapar, sehingga timbullah perasaan welas asihnya dan kemudian meningkat menjadikannya seorang yang pemurah.

• Zakat dapat menempa jiwa yang suci bersih.

Allah SWT berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 103, menegaskan bahwa “Ambillah sedekah (zakat) dari sebagian harta mereka, untuk membersihkan dan mensucikan (jiwa) mereka”.

Seperti diketahui bahwa sifat dan tabiat manusia yang buruk adalah rakus dan kikir. Sifat dan tabiat manusia terhadap harta benda tidak pernah puas karena nafsu dan keinginannya.

Dalam ajaran Islam, sifat dan tabiat yang demikian itu dikendalikan dan dibatasi dengan ibadah zakat dimana seorang muslim dan atau muslimah diwajibkan mengeluarkan 2,5% dari harta bendanya (apabila mencapai nisbah) setiap tahunnya untuk diberikan kepada fakir miskin atau membantu usaha-usaha sabilillah dan sosial.

Ibadah zakat inilah salah satu latihan yang tertib dalam rangka mensucikan rohani dan jiwa seorang muslim/muslimat yang taat/patuh melaksanakan ibadahnya.

Tidak terasa berat mengeluarkan sebagian kecil dari harta kekayaannya. Kecuali meningkatkan sikap budi pekerti juga mencintai manusia yang lemah, menggairahkan dan menyuburkan usaha-usaha yang bersifat kepentingan bersama dan kepada dirinya sendiri akan mengurangi sifat-sifat rakus dan kikir.

• Haji dapat menghindarkan kejahatan dan permusuhan.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 197, “Barangsiapa yang mengerjakan ibadah haji, dia tidak boleh bercakap kotor, berlaku jahat dan bermusuhan dalam masa melaksanakan ibadah haji itu”.

Ayat ini mengemukakan mengenai larangan berhaji (tidak boleh bercakap kotor, berlaku jahat dan bermusuhan) sangat erat sekali hubungannya dengan pembinaan dan peningkatan budi pekerti.

Setiap jama’ah haji harus berlaku disiplin mematuhi larangan tersebut dan pengendalian itu dengan sendirinya merupakan latihan budi pekerti yang harus direalisasikan dalam kehidupan selanjutnya.
Demikian yang dapat dilihat hubungan sebab akibat dan kaitan antara ibadah dengan budi pekerti yang selama ini hanya sebagai isapan jempol saja (tidak perhatikan dan diaplikasikan).

Jadi jelaslah bahwa ibadah pokok agama Islam, yaitu sholat, puasa, zakat dan haji tidaklah semata-mata untuk mendekatkan hubungan manusia kepada Allah SWT, namun ada pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi untuk meningkatkan akhlak atau budi pekerti yang baik.

Sumber: http://www.facebook.com/notes/suprih-koesoemo/pengaruh-ibadah-pada-pembentukan-pribadi/117087231667509

No comments:

Post a Comment