Marah itu sebenarnya adalah nyala api yang bersumber dari api Allah yang menyala berkobar-kobar serta menjulang tinggi sampai naik ke hulu hati. Marah adalah semacam bara api yang berada di dalam lubuk jantung, bagaikan sekamnya suatu bara api di bawah abu. Marah itu ditimbulkan oleh siafat kesombongan yang terpendam dalam kalbu setiap orang yang curang dan durhaka sebagaimana memancarnya api dari batu yang dipukulkan pada besi.
Para ahli yang mengetahui cahaya kebenaran dan keyakinan mengatakan bahwa manusia itu adakalanya dapat tertarik urat sarafnya oleh tipu daya syaitan yang terlaknat. Oleh karena itu, barangsiapa yang dapat dipengaruhi oleh api kemarahan, maka berarti amat eratlah hubungannya dengan syaitan, sebagaimana firman-Nya, “Engkau (ya Tuhan) menjadikan saya (syaitan) dari api dan menjadikan ia (Adam) dari tanah” (Al-A’raf ayat 12).
Perhatikan baik-baik, bukanlah sifat dan watak tanah itu berdiam diri dan tenang, sedangkan sifat dan watak api itu adalah menyala-nyala, menyerang bergerak dan bergejolak. Buah yang ditimbulkan oleh kamarahan adalah kedendaman dan kedengkian. Dengan memperturutkan kedua sifat keburukan ini, maka akan binasalah siapa yang ingin binasa dan bejatlah akhlaknya siapa yang ingin bejat. Yang meluap-luapkan kedendaman dan kedengkian itu adalah sebuah darah beku yang ada di dalam tubuh setiap manusia. Jika sekepal darah ini baik, maka baik pulalah seluruh tubuh dan jika rusak maka rusaklah seluruh tubuh itu. Sekepal darah itu adalah hati sanubari kita sendiri.
Apabila dendam dan dengki itu nyata-nyata merupakan suatu pendorong dan pembimbing manusia ke arah hal-hal yang menyebabkan kesengsaraan dan kecelakaan, maka alangkah pentingnya jika setiap manusia itu mengetahui bahaya-bahaya dan celanya, sehingga ia akan dapat berhati-hati dan menghindarkan diri dari kelakuan tersebut. Ia harus dikikis habis dan dikeluarkan jauh-jauh dari kalbu, jika sewaktu-waktu datang menjelma.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Perhatikanlah ketika timbul dalam hati orang-orang yang tidak beriman itu perasaan kebencian (kesombongan) masa jahiliyah. Kemudian Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada Rosul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman” (Al-Fath ayat 26).
Ayat ini, Allah mencela perbuatan orang-orang kafir yang tidak beriman karena mereka menampakkan kesombongan yang tidak lain kecuali yang ditimbulkan oleh hati yang penuh kemarahan untuk membela kebathilan. Sementara itu, Allah memuji kepada kaum yang beriman dengan karunia sifat ketenangan yang dilimpahkan kepada mereka.
Ada suatu riwayat bahwa pada suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian berkata, “Ya Rosulullah,berilah saya perintah untuk mengerjakan suatu amalan yang baik, namun saya harap yang sedikit saja”. Beliau menjawab, “Jangan marah” (HR Bukhari).
Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Apakah yang kamu anggap sebagai orang yang kuat bergulat?”. Para sahabat menjawab, “Yaitu yang tidak dikalahkan oleh orang lain dalam pergulatannya”. Beliau kemudian bersabda lagi, “Bukan itu, yang disebut orang yang kuat bergulat adalah orang yang dapat menahan hatinya di waktu marah” (HR Bukhari dan Muslim).
Hasan berkata, “Sebagian dari tanda-tandanya seorang muslim adalah kuat dalam memegang agama, keras hati tetapi dengan disertai lemah lembut, beriman dengan menggunakan keyakinan, berpengetahuan disertai penuh kesabaran, berfikiran panjang disertai rasa kasih sayang, memberikan mana-mana yang menjadi haknya orang dan mengikuti jalan yang benar, berlaku sedang sekalipun kaya, menunjukkan kebaikan sekalipun dalam waktu kekurangan (miskin), berbuat baik selagi masih bisa melakukan, menanggung segala penderitaan dengan berusaha menghilangkannya, selalu sabar dalam keadaan yang menyulitkan, tidak dikalahkan oleh kemarahan, tidak dipengaruhi sehingga membabi buta oleh kesombongan atau membela diri yang tidak benar, tidak dapat ditundukkan oleh kesyahwatan, tidak tampak sifatnya yang hanya ingin menggendutkan perut, tidak lalai oleh sifat ketamakan, tidak dangkal cita-citanya. Ia senang menolong orang yang teraniaya, belas kasihan kepada orang yang lemah, tidak kikir tapi tidak juga boros, tidak berlebih-lebihan tapi tidak keterlaluan menggenggam hartanya. Ia senang mengampuni jika didzalimi, suka memaafkan orang yang bodoh yang menyakiti dirinya. Dirinya tabah menderita asalkan orang banyak dapat bahagia dan berkecukupan dengan kelakukan yang demikian itu”.
Semoga pencerahan pagi ini bermanfaat.....amiin (MM 28092010)
Sumber: http://www.facebook.com/notes/suprih-koesoemo/marah/144750632234502
No comments:
Post a Comment